TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Mengenal Manfaat Perencanaan Keuangan, Penting untuk Hari Tua!

Yuk mulai merencanakan keuangan dengan matang!

Pexels/Karolina Grabowska

Jakarta, IDN Times - Banyaknya kemudahan yang kita dapat di era digitalisasi saat ini membuat perilaku kita tanpa sadar menjadi semakin konsumtif. Mulai dari pembelian barang hingga pengajuan kredit saat ini sangat mudah dilakukan.

Di satu sisi, kondisi ini tentunya memberikan manfaat dan kemudahan bagi kita semua. Namun di sisi lain, jika tidak bijaksana menyikapinya, kita dapat terjebak menjadi orang yang lebih mengutamakan keinginan daripada kebutuhan dasar yang seharusnya diprioritaskan.

Belajar mengelola keuangan dengan membuat perencanaan keuangan harus dilakukan agar kita tidak kebablasan ketika membelanjakan uang yang dimiliki. Jika kamu masih bingung tentang perencanaan keuangan dan cara membuat perencanaan keuangan yang baik, simak penjelasan lengkapnya di bawah ini ya!

Baca Juga: 5 Catatan Penting dalam Mengatur Keuangan di Kondisi Krisis

Baca Juga: 4 Tips Bikin Keuangan Aman setelah Lebaran, Biar Gak Mendadak Miskin!

1. Apa itu perencanaan keuangan?

ilustrasi mencatat (pexels.com/Ivan Samkov)

Dilansir dari laman resmi Otoritas Jasa Keuangan (OJK), menurut Certified Financial Planner, Financial Planning Standards Board Indonesia, perencanaan keuangan merupakan suatu proses untuk mencapai tujuan hidup seseorang melalui pengelolaan keuangan secara terencana.

Tujuan yang dimaksud seperti menikah, memiliki rumah sendiri, memiliki kendaraan pribadi, menunaikan ibadah haji, kesiapan biaya pendidikan anak, serta tersedianya dana pensiun di hari tua.

Perencanaan keuangan menjadi suatu langkah untuk seseorang agar bisa mencapai tujuan hidupnya tersebut. Saat menyusun perencanaan keuangan, seseorang biasanya akan terpengaruhi oleh situasi dan kondisi lingkungan sekitarnya saat itu. Oleh karenanya, perencanaan keuangan memiliki sifat yang dinamis sehingga dapat berubah suatu waktu.

2. Cara merencanakan keuangan dengan tepat

Ilustrasi cara perencanaan keuangan (dok/OJK)

Ada 5 cara untuk merencanakan keuangan secara tepat yang bisa kamu lakukan.

1) Mengevaluasi kondisi keuanganmu saat ini

Kamu bisa melakukan analisis dengan memperhatikan kondisimu saat ini, misalnya seperti status perkawinan, jumlah anggota keluarga, kondisi pekerjaan, usia, kondisi kesehatan, dan lainnya.

2) Menyusun tujuan-tujuan keuangan kamu

Selanjutnya yang perlu dilakukan adalah menyusun tujuan hidup yang ingin kamu capai, baik dalam jangka panjang maupun jangka pendek, seperti :

  • Memiliki tabungan di bank sebanyak 100 juta dalam kurun waktu lima tahun kedepan
  • Berkeliling Indonesia di tahun ini
  • Menikah 2 tahun ke depan
  • Memiliki rumah sendiri pada 10 tahun ke depan
  • Menunaikan ibadah haji 15 tahun ke depan

3) Menyusun perencanaan keuangan dan alternatifnya untuk mencapai tujuan-tujuan keuangan

Perencanaan keuangan dapat berupa kegiatan yang ingin dilakukan maupun pembelian produk keuangan yang akan digunakan. Hal itu nantinya perlu dikaitkan dengan jangka waktu pencapaiannya. Misalnya :

  • Membayar sebesar Rp500 ribu/bulan untuk premi asuransi kesehatan selama 10 tahun
  • Menabung sebesar Rp500 ribu/bulan untuk dana naik haji selama 15 tahun
  • Mencicil sebesar Rp1,5 juta/bulan untuk kredit pembelian mobil selama 10 tahun
  • Menabung sebesar Rp2,5 juta/bulan untuk dana menikah selama 2 tahun

4) Melaksanakan perencanaan keuangan yang sudah tersusun dengan disiplin

Perencanaan keuangan yang telah dibuat harus dilakukan secara disiplin dan dengan komitmen. Jika kamu melenceng dari perencanaan yang sudah tersusun maka keuangan mu akan berantakan dan tujuan mu mungkin akan semakin lama tercapai.

5) Mereviw dan menyempurnakan rencana keuangan secara periodik untuk menyesuaikan kondisi keuangan terkini

Kondisi keuangan seseorang bisa berubah sewaktu-waktu. Hal itu menyebabkan perencanaan keungan juga bisa berubah dan berganti sesuai kondisi yang sedang terjadi.

Kondisi atau keadaan yang mungkin terjadi sewaktu-waktu misalnya, lahirnya anggota keluarga baru, mengalami sakit yang membutuhkan biaya besar dan terganggunya sumber penghasilan keluarga, serta meningkatnya pendapatan secara signifikan, dll.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya