TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Kisah Kebun Binar Bumi, Merintis Bisnis Tanaman Raih Omzet Rp100 Juta

Dari tanaman, bisa biayai keluarga dan buka lapangan kerja

Kebun Binar Bumi (Instagram.com/@kebunnyabinarbumi)

Jakarta, IDN Times – Bagi banyak orang, meninggalkan pekerjaan tetap di kantoran dan beralih memlrintis bisnis sendiri bukanlah hal mudah. Begitu pula yang dirasakan Nurulia Juwita yang akrab disapa Wita. Ibu dari Binar (5) dan Bumi (6,5) ini, bahkan sempat ingin menyerah saat baru memulai bisnis tanaman yang dinamainya Kebun Binar Bumi.

Namun, berkat kegigihan dan ketekunannya, bisnis tanaman yang awalnya hanya ia kerjakan berdua saja bersama sang suami itu, bisa menjadi besar seperti sekarang. Kebun Binar Bumi yang terletak di kawasan Ciapus, Bogor itu bahkan sudah bisa merekrut banyak pekerja. Tak hanya itu, omzet yang didapatkan Wita kini sudah berkisar puluhan sampai seratusan juta rupiah per bulan.

Lalu, bagaimana perjalanan Wita sejak awal memulai bisnis tanaman ini?

Baca Juga: Mengintip 10 Tanaman Hias ala Nadine Chandrawinata, Ada Jenggot Musa!

1. Bermodalkan keberanian dan uang pesangon kantor

Ilustrasi tanaman hias (IDN Times/Umi Kalsum)

This article supported by vivo as Official Journalist Smartphone Partner IDN Media.

Saat dihubungi IDN Times pada Rabu (25/11/2020), Wita menceritakan bahwa dia awalnya ‘terpaksa’ menjalankan bisnis tanaman karena tidak bisa lagi menjalani profesi wartawan yang sangat disukainya.

“Sekitar 5 tahun lalu aku memutuskan berhenti jadi wartawan. Meninggalkan pekerjaan yang aku suka banget. Aku pikir aku gak akan berhenti kerja sampai pensiun. Tapi ternyata kondisi saat itu mengharuskan aku berhenti karena aku gak nemu orang yang bisa dititipi ngurus anak-anakku,” kenangnya.

Saat itu, modal keberanian Wita lebih besar dari modal uang dari pesangon kantornya. Dengan modal awal finansial yang terbilang kecil itu, dia memantapkan diri untuk memulai bisnisnya.

“Aku pake buat jualan benih atau biji sayuran. Tapi setelah dijalani ternyata agak repot untuk repack bibit-bibit itu dan perputarannya juga lambat. Aku sama suami mulai hunting-hunting pohon. Pohon yang pertama kali kami jual adalah pohon buah jeruk.

“Semua kami kerjakan berdua dari nol. Belajar packing pohon itu bagian tersulit. Bagaimana memastikan kalau itu pohon aman selamat tetap hidup sampai tujuan.” jelasnya.

2. Banyak belajar seiring berjalannya waktu

Kebun Binar Bumi (Instagram.com/@kebunnyabinarbumi)

Wita mengatakan bisnisnya tidak selalu semulus yang terlihat saat ini. Selain menemui banyak tantangan dan cobaan saat menjalani bisnis, ia juga tidak punya banyak pengalaman saat memulai.

Namun seiring berjalannya waktu dan setelah melakukan berbagai hal dari nol, ia akhirnya bisa memiliki pengetahuan baru yang berguna baginya dalam menjalankan bisnis itu. “Kalau kami dulu menyerah dan berhenti, tidak akan ada hari ini. Dari awal yang tidak tahu apa-apa soal tanaman dan packing. Menangis karena kesal sendiri sudah satu jam packing satu pohon jeruk tidak bisa," tutur Wita.

Ia juga bersyukur meski dihadapkan pada banyak kendala, dirinya dan sang suami tetap setia melanjutkan bisnis kecil mereka hingga bisa mempekerjakan orang lain. "Kini setiap hari kami dibantu lima orang. Satu orang membantu merawat tanaman. Empat orang membantu saya packing tanaman dan ada kurir yang membantu kami mengirimkan tanaman untuk area Bogor."

"Tidak pernah terbayangkan akan sejauh ini. Bisa mengajak orang lain untuk bekerja bersama kami," lanjutnya.

3. Hobi tanaman menular dari sang ayah

Kebun Binar Bumi (Instagram.com/@kebunnyabinarbumi)

Wita menceritakan dirinya bukanlah orang yang suka mengurus tanaman. Namun, sejak ayahnya yang hobi merawat tanaman harus pindah ke luar kota, akhirnya ia pun terpaksa harus mulai belajar merawati tanaman-tanaman ayahnya. Ia bahkan sempat menelpon ayahnya setiap harinya untuk bertanya saat baru belajar merawat tanaman.

“Sebenarnya dulu bapak yang suka ngurusin tanaman. Waktu kecil paling suka diajak ikut panen sayur atau buah gitu. Dulu mah cuma ngerti panen aja. Setelah tinggal di rumah bapak di Bogor, jadi tanggung jawab ngurusin semua pohon-pohon yang sudah bapak tanam. Terutama pohon buah langka,” terangnya.

“Mau gak mau, aku harus belajar. Karena di sini cuma tinggal aku, suami dan anak-anak. Bapak paling datang kalau libur kerja. Sekarang masih tinggal di Palembang,” tambahnya.

Baca Juga: 8 Tanaman Beraroma Wangi untuk Parfum Alami di Rumah

4. Selalu berusaha memberikan yang terbaik untuk pelanggan

Kebun Binar Bumi (Instagram.com/@kebunnyabinarbumi)

Wita mengatakan dalam menjalankan bisnisnya ada banyak sekali kendala yang dihadapinya. Misalnya harga tanaman yang terus naik. Namun demikian, dirinya mengatakan tidak ingin hal tersebut membatasi semangatnya untuk memberikan yang terbaik bagi pelanggannya.

“Biasanya kalau sudah makin gak masuk akal harganya, kami memilih mencari tanaman lain yang gak terlalu mahal, yang harganya masih wajar," ungkapnya.

Bukan hanya peduli pada para pembeli dan pelanggannya, Wita juga memikirkan tanaman-tanaman yang dijualnya.

“Jadi kalau buat aku, jadi penjual itu gak bisa cuma asal jual, yang penting laku, dapet uang banyak. Aku gak bisa gitu. Ada semacam tanggung jawab moral. Aku pengennya tanaman itu kalau sudah pindah ke rumah baru, aman-aman sehat, panjang umur, dan gak mesti bikin kantong pembeli bolong,” terangnya.

5. Harga tanaman yang dijual Rp20 ribu hingga Rp500 ribu per pohon

Kebun Binar Bumi (Instagram.com/@kebunnyabinarbumi)

Sebagai penjual tanaman yang masih memasok sebagian tanaman dari petani, harga tanaman yang dijual Wita tergolong murah, yaitu mulai dari Rp20 ribu sampai hampir Rp500 ribu per pohon. 

“Iya sebagian masih beli dari petani. Ada yang ngebibit sendiri yang udah punya indukannya. Yang paling murah Rp20 ribu, paling mahal Rp485 ribu pohon blueberry. Jadi gak ada pohon yang ratusan ribu sampai hampir sejuta untuk 1-2 daun, atau tanaman yang harga jutaan saya gak jual,” katanya.

Blueberry, kata Wita, merupakan tanaman yang paling banyak diburu di kebunnya saat ini. Bahkan saking banyaknya pesanan, ia sampai harus membuat daftar tunggu (waiting list) untuk para pelanggan yang ingin membeli pohon blueberry di kebunnya.

“Saya biasa dapat pasokan blueberry tiap seminggu sekali. Sekarang, waiting list blueberry mencapai hampir 100 pohon. Tiap minggu itu dapat 20-30 pohon, tapi jumlah permintaan terus bertambah. Kadang kalau sudah kewalahan banget saya stop dulu posting-posting di Instagram untuk ngerem permintaan yang banjir,” jelasnya.

6. Pembeli berasal dari seluruh Indonesia

Kebun Binar Bumi (Instagram.com/@kebunnyabinarbumi)

Meski lokasi kebunnya berada di Bogor, Jawa Barat, Wita mengatakan pembelinya datang dari berbagai daerah di Indonesia. Wita memasarkan bisnisnya sejak awal melalui akun-akun media sosialnya, termasuk di akun Instagram @kebunnyabinarbumi. Kini, banyak juga pembeli yang datang karena tahu dari informasi mulut ke mulut, rekomendasi dari pembeli yang sudah membeli sebelumnya dan merasa puas.

Karena pelanggannya berasal dari berbagai kota di Indonesia, Wita biasa menggunakan jasa ekspedisi untuk pengiriman tanaman. Sementara untuk pembeli yang berada di sekitar Bogor, ia memiliki layanan antar ke tempat tinggal pelanggannya dengan ojek. Para pembeli juga bisa langsung datang ke kebunnya untuk mengambil tanaman mereka di Kebun Binar Bumi di kawasan Ciapus.

“Masih ke seluruh wilayah Indonesia aja. Belum ke luar negeri,” kata Wita.

Baca Juga: Kisah Sukses Bisnis Tanaman hingga Omzet Jutaan Bermodal Awal Plastik

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya