TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Kisah Sukses Pria Singapura Dirikan Bisnis Kesehatan di Indonesia

Daniel Choo jadi pendiri dan CEO The Medical Concierge Group

Daniel Choo has over 25 years of operational and strategic marketing experience and is deeply passionate about setting the highest ethical and service benchmarks in the Southeast Asian private healthcare industry - (singaporeglobalnetwork.gov.sg)

Jakarta, IDN Times – CEO Medical Concierge Group Daniel Choo berbagi kisahnya dalam mendirikan dan menjalankan bisnis kesehatan di Indonesia melalui website Singapore Global Network.

Dalam pernyataannya ia mengatakan kisahnya mendirikan The Medical Concierge Group (TMCG) di Singapura dan Indonesia tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Namun hal itu tidak membuatnya putus asa.

Berikut adalah kisah Choo dari awal memulai bisnis kesehatan hingga sukses seperti saat ini.

Baca Juga: Kisah Tadashi Yanai, Sukses Bangun Uniqlo dari Toko Kecil

1. Awal mula karier

Ilustrasi Dokter Gigi di Tengah Pandemik COVID-19 (IDN Times/Irfan Fathurohman)

Choo mengatakan minatnya pada sektor perawatan kesehatan swasta muncul sejak 2010. Saat itu seorang teman baiknya memulai praktik kardiologi Heart Matters Medical Center di Mount Elizabeth, sebuah rumah sakit Singapura. Ia bergabung dengan tim sebagai penasihat dan Chief Operating Officer.

Ia kemudian melakukan perjalanan bisnis ke Indonesia, ke Jakarta untuk pertama kalinya karena diundang oleh salah satu pasiennya untuk memberikan ceramah medis kepada teman-temannya di Heart Matters. Acara itu kemudian berkembang menjadi acara rutin yang diadakan sebulan atau dua minggu sekali.

“Saya mulai sering terbang ke Indonesia, menghabiskan beberapa hari setiap bulan untuk membangun jaringan saya,” katanya.

Seiring waktu, dan seiring bertambahnya jaringannya di Indonesia, ia mulai mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang pasar Indonesia, jatuh cinta pada makanan, orang, dan budaya Indonesia.

“Saya juga mulai belajar dan membiasakan diri dengan pasar perawatan kesehatan swasta Indonesia, mengenali tantangan yang dihadapi pasien dan memahami kesenjangan sektor perawatan kesehatan swasta di Indonesia,” katanya.

Baca Juga: Kisah 'Jungle Boy' Merawat dan Membangun Bisnis Tanaman

2. Mendirikan The Medical Concierge Group

Ilustrasi Dokter Gigi di Tengah Pandemik COVID-19. IDN Times/Irfan Fathurohman

Pada 2013, Choo mendirikan The Medical Concierge Group di Singapura. Perusahaan itu didirikan dengan visi untuk menetapkan standar layanan dan etika tertinggi dalam industri perawatan kesehatan swasta Asia Tenggara, yang dimulai dengan Singapura dan Indonesia.

Ia mengatakan melihat peluang untuk memenuhi permintaan akan layanan manajemen perawatan kesehatan swasta berkualitas tinggi di Indonesia karena ada lebih dari 80 persen turis medis Singapura yang datang dari Indonesia.

“Dengan TMCG, saya memperkenalkan praktik yang menantang norma industri. Alih-alih menerapkan model bisnis yang membebankan biaya kepada pasien berdasarkan persentase, yang merupakan standar industri pada saat itu, TMCG mengerjakan model flat fee-for-service,” katanya.

Menurutnya, hal ini bisa memungkinkan pasien untuk membayar seperlunya karena bisnisnya tidak memungut komisi seperti yang kebanyakan terjadi.

“Saya tidak setuju dengan model bisnis yang berlaku, di mana biaya diperoleh oleh agen dengan merujuk pasien ke dokter praktik swasta. Saya sangat yakin bahwa pasien tidak harus membayar lebih dari yang seharusnya, itulah sebabnya kami dengan tegas menerapkan aturan tanpa komisi di TMCG,” jelasnya.

3. Tak patah semangat saat menemui tantangan

herramientaprl.org

Namun demikian, Choo mengatakan keputusannya yang menerjang arus tersebut memiliki dampak negatif. Ia mengaku instansinya pernah dimasukkan ke dalam daftar hitam (blacklist) oleh dokter tertentu. Namun begitu, ia mengatakan hal tersebut tidak mematahkan niatnya dalam memberikan perawatan pasien yang berkualitas, hingga akhirnya bisa membuka kantor perwakilan di Indonesia pada 2017.

“Dengan kantor ini, kami dapat bekerja sama dengan penyedia layanan kesehatan lokal Indonesia lebih erat untuk menghadirkan layanan kesehatan yang andal dan etis lebih dekat ke rumah bagi pasien,” jelasnya.

Ia mengatakan selama masa-masa awal itu ia sering bolak-balik Indonesia-Singapura dan hal itu membuatnya bertanya-tanya apakah dirinya harus menetap di Jakarta karena akan lebih mudah dan lebih berdampak bagi bisnis.

“Tetapi sangat sulit untuk meninggalkan kenyamanan rumah di Singapura,” katanya, sebelum menambahkan bahwa pada 2018 akhirnya dia memutuskan untuk pindah karena ingin membuat perbedaan nyata di sektor ini.

“Oleh karena itu, untuk mewujudkan visi saya untuk lebih mendekatkan pelayanan kesehatan ke rumah bagi masyarakat Indonesia, saya akhirnya meyakinkan diri dan pindah ke Jakarta.”

Baca Juga: Sukses di Usia Muda, 9 Aktor Keren Indonesia Ini Ternyata Anak Bungsu

4. Tekad merawat pasien di tengah pandemik

Ilustrasi seorang pasien COVID-19. ANTARA FOTO/REUTERS/Marko Djurica

Choo mengatakan mengalami tantangan berat selama pandemik mulai mewabah di Indonesia, apalagi karena pada saat awal Indonesia belum sepenuhnya siap untuk menangani COVID-19. Namun itu tidak membuat niatnya menetap di Indonesia tumbang.

“Saya terbang ke Jakarta pada Maret 2020 karena saya ingin bersama klien saya ketika mereka sangat membutuhkan saya,” katanya.

“Dengan berada di sini bersama klien saya di masa krisis ini, saya menunjukkan kepada mereka bahwa saya peduli pada mereka dan kesejahteraan keluarga mereka. Saya benar-benar percaya itu membuat perbedaan bagi mereka,” lanjut Choo.

Ia juga mengatakan pasiennya sering bertanya kenapa dia tidak kembali ke Singapura yang dianggap lebih aman karena mampu menangani pandemik. Ia mengatakan selalu menjawab alasannya adalah untuk mengurus para pasiennya.

“Mereka semakin menghargai saya. Sejak itu saya hadir di sini, dan sudah hampir setahun sejak saya kembali ke Singapura,” jelasnya.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya