TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Industri Asuransi Didominasi Perusahaan Asing, IFG Ingin Jadi Pemenang

Produktivitas asuransi di RI kalah dari negara tetangga

Konferensi pers pelaksanaan Konferensi Nasional Indonesia Financial Group (IFG) di Jakarta, Selasa (16/5/2022). (IDN Times/Vadhia Lidyana)

Jakarta, IDN Times - Direktur Utama Indonesia Financial Group (IFG), Hexana Tri Sasongko mengatakan industri asuransi di Indonesia didominasi perusahaan patungan (joint venture/JV), atau perusahaan asing, khususnya asuransi jiwa.

Dia mengatakan, dengan dibentuknya IFG sebagai Holding Perasuransian dan Penjaminan BUMN, maka diharapkan bisa menurunkan dominasi perusahaan asing di Indonesia dan Asia Tenggara.

“Ke depannya, kita menjahit cita-cita, IFG secara holding akan menjadi perusahaan IKNB terbesar, salah satunya tidak hanya Indonesia, tapi Asia Tenggara, yang kita akan menjadi tuan rumah bagi asuransi jiwa maupun asuransi lainnya, asuransi umum, dan asuransi penjaminan,” kata Hexana dalam konferensi pers pelaksanaan Konferensi Nasional IFG di Jakarta, Selasa (16/5/2023).

Baca Juga: Galau Pilih Asuransi Jiwa atau Asuransi Kesehatan? Ini Jawabannya

Baca Juga: Bos IFG Ungkap Produk Asuransi dan Dana Pensiun Asing Banjiri RI

1. Produktivitas industri asuransi di Indonesia masih rendah

Ilustrasi asuransi. (IDN Times/Aditya Pratama)

Untuk mewujudkan cita-cita tersebut, memang perlu upaya besar. Apalagi, kata Hexana, produktivitas industri asuransi dan dana pensiun di Indonesia masih rendah.

“Asuransi dan dana pensiun productivity di Indonesia itu masih rendah, dan relatif rendah dibandingkan negara-negara lain di ASEAN,” ujar Hexana.

Baca Juga: Direktur IFG Robertus Bilitea Jadi Komisaris BNI 

2. Pemahaman masyarakat Indonesia akan pentingnya asuransi masih rendah

Ilustrasi Asuransi (IDN Times/Aditya Pratama)

Hexana menambahkan, salah satu hal yang perlu ditangani untuk mewujudkan cita-cita tersebut adalah meningkatkan pemahaman masyarakat terkait pentingnya asuransi. Hingga saat ini, masih ada stigma negatif terhadap industri asuransi di Indonesia.

“Akibatnya gap pemahaman masyarakat terhadap industri asuransi, bahkan terjadi kesalahpahaman, kesalahan pengertian, dan kesalahan paradigma,” kata Hexana.

Baca Juga: Survei IFG: Tingkat Pemahaman Gen Z soal Asuransi Rendah

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya