Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Aplikasi Bitchat (play.google.com)
Aplikasi Bitchat (play.google.com)

Intinya sih...

  • Larangan media sosial memicu protes di Nepal

  • Bitchat menjadi alat perlawanan baru di Nepal dan Indonesia

  • Aplikasi terdesentralisasi memberikan ruang bagi generasi muda untuk menyuarakan kritik dan menuntut keadilan

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Larangan pemerintah Nepal terhadap media sosial justru memicu ledakan penggunaan aplikasi chat terdesentralisasi baru buatan Jack Dorsey.

Setelah 26 platform besar seperti Facebook, WhatsApp, YouTube, hingga Instagram diblokir, puluhan ribu warga Nepal beralih ke Bitchat, aplikasi pesan yang bisa digunakan tanpa internet maupun akun. Aplikasi ini dikembangkan oleh Jack Dorsey, salah satu pendiri sekaligus mantan CEO Twitter (sekarang X).

Data dari pengembang open-source bernama callebtc menunjukkan lonjakan drastis: dari sekitar 3.300 unduhan pada Rabu lalu menjadi lebih dari 48 ribu pada Senin (8/9/2025) naik hampir 1.400 persen. Nepal kini menjadi negara dengan pengguna Bitchat terbanyak di dunia.

Fenomena serupa sebelumnya juga terjadi di Indonesia, ketika gelombang demonstrasi menentang kebijakan pemerintah memicu lonjakan unduhan aplikasi ini.

1. Aplikasi terdesentralisasi jadi alat perlawanan

Kerusuhan di Nepal akibat larangan sosial media (x.com/kathmandupost)

Larangan media sosial di Nepal yang bertujuan meredam kerusuhan justru memperbesar protes. Bentrokan pecah, setidaknya 34 orang tewas, gedung pemerintahan dibakar, hingga akhirnya Perdana Menteri K.P. Sharma Oli mengundurkan diri pada 9 September sebelum kebijakan blokir dicabut.

Pengamat menilai, aplikasi pesan terdesentralisasi menawarkan kebebasan di tengah krisis kepercayaan pada pemerintah. Christian Ruz, direktur di agensi kripto Hype, mengatakan bahwa aplikasi yang tahan sensor akan “meledak popularitasnya” karena banyak negara semakin otoriter dengan membatasi akses internet, konten, dan komunikasi publik.

Menurutnya, aplikasi seperti Bitchat membantu anak muda menuntut perubahan sosial, menekan korupsi, serta memperjuangkan kondisi hidup dan peluang ekonomi yang lebih baik.

2. Dari Nepal, Indonesia, hingga dunia

Demonstran masih bertahan di depan Mako Brimob di Jalan Kramat Kwitang, Jakarta Pusat, Sabtu (30/8/2025) pagi. (IDN Times/Aji Pitoko)

Gelombang penggunaan Bitchat juga meluas ke Indonesia pada akhir Agustus. Saat itu, rakyat marah setelah DPR mengesahkan tunjangan tinggi bagi pejabat. Situasi semakin panas ketika seorang pengemudi ojek daring berusia 21 tahun, Affan Kurniawan, tewas tertabrak rantis polisi.

Protes membesar, Menteri Keuangan dicopot mendadak, dan ribuan orang beralih ke aplikasi terdesentralisasi demi menghindari represi digital. Jaringan kebebasan berekspresi Asia Tenggara juga menyoroti adanya sensor, peretasan, hingga serangan daring yang dialami para aktivis.

Menurut Wan Iqbal, mantan direktur bursa kripto terbesar Indonesia, kebijakan pemerintah yang tidak berpihak pada rakyat kecil semakin memperburuk kondisi. Warga pun merasa tidak ada empati dari pemimpin, sehingga perlawanan terus meluas.

3. Bitchat sebagai alat perlawanan baru

Ilustrasi melihat sosial media (freepik.com)

Larangan media sosial di Nepal dan represi digital di Indonesia justru mempopulerkan Bitchat sebagai alat perlawanan baru. Fenomena ini menunjukkan bahwa ketika ruang komunikasi publik dibatasi, masyarakat akan mencari jalannya sendiri untuk tetap terhubung dan menyuarakan aspirasi.

Aplikasi terdesentralisasi seperti Bitchat tidak hanya berfungsi sebagai media komunikasi alternatif, tetapi juga menjadi simbol kebebasan berekspresi di era digital. Dengan teknologi yang tahan sensor, Bitchat memberikan ruang bagi generasi muda untuk menyuarakan kritik, menuntut keadilan, dan memperjuangkan hak-hak mereka.

Fenomena Bitchat di Nepal dan Indonesia membuktikan bahwa teknologi terdesentralisasi berpotensi menjadi ruang alternatif bagi masyarakat ketika kebebasan berekspresi dibatasi.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team