Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Ilustrasi koin kripto (freepik.com)
Ilustrasi koin kripto (freepik.com)

Intinya sih...

  • Koreksi besar harga kripto dipicu oleh ketidakpastian kebijakan The Fed, kinerja pasar obligasi AS, dan profit taking serta kurangnya likuiditas.

  • Altcoin dan DeFi token mengalami penurunan harga akibat aksi keluar besar-besaran dari trader dengan posisi leverage tinggi.

  • Koreksi harga kripto kali ini tidak menandai akhir dari Altseason 2025, karena pandangan jangka panjang masih positif dengan meningkatnya minat institusi dan potensi ETF baru.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Pasar kripto global kembali mengalami tekanan besar pada 9 Oktober 2025. Dalam satu hari, lebih dari 630 juta dolar AS atau sekitar Rp10 triliun posisi perdagangan dilikuidasi.. Menurut data dari Coinglass, sekitar 81 persen di antaranya merupakan posisi long (beli) — tanda banyak investor optimistis yang justru terjebak di tengah koreksi tajam.

Kapitalisasi pasar kripto secara keseluruhan turun hampir 200 miliar dolar AS atau sekitar Rp3.200 triliun, menghapus sebagian besar keuntungan yang terbentuk sejak awal Oktober. Bitcoin (BTC) terkoreksi sekitar 2 persen, sementara Ethereum (ETH), Binance Coin (BNB), dan XRP masing-masing turun hingga 4 persen.

Padahal, awal pekan ini total kapitalisasi pasar kripto sempat menyentuh rekor 4,27 triliun dolar AS, namun kini kembali ke level pertengahan September 2025.

1. Penyebab utama harga kripto turun

Ilustrasi koin kripto (freepik.com)

Koreksi besar ini tidak terjadi tanpa alasan. Sejumlah faktor makroekonomi menjadi pemicu utama:

  • Ketidakpastian Kebijakan The Fed

Pernyataan terbaru dari Federal Reserve menunjukkan bank sentral AS belum siap melonggarkan kebijakan suku bunga karena kekhawatiran terhadap inflasi yang belum sepenuhnya terkendali. Pejabat Fed, Michael Barr menegaskan bahwa “kebijakan moneter perlu berhati-hati sampai data ekonomi menunjukkan arah yang lebih jelas.

  • Kinerja Pasar Obligasi AS

Imbal hasil obligasi 10 tahun bertahan di sekitar 4,13 persen, dan obligasi 30 tahun di 4,72 persen menjadi sinyal investor masih berhati-hati terhadap risiko inflasi dan kebijakan suku bunga tinggi yang berkepanjangan.

  • Profit Taking dan Kurangnya Likuiditas

Banyak trader memilih untuk mengambil keuntungan setelah reli panjang di September. Akibatnya, likuiditas menurun tajam di sebagian besar bursa aset digital.

2. Dampak ke Altcoin dan DeFi

Ilustrasi bitcoin (freepik.com)

Token-token berkapitalisasi menengah seperti Aptos (APT) dan Sui (SUI) merosot 3–6 persen. Itu akibat aksi keluar besar-besaran dari trader dengan posisi leverage tinggi.

Namun, data dari DeFi Llama menunjukkan total value locked (TVL) di ekosistem decentralized finance masih stabil di kisaran 166 miliar dolar AS, menandakan kepercayaan jangka panjang belum sepenuhnya hilang.

3. Apakah ini akhir dari Altseason 2025?

Ilustrasi koin kripto (freepik.com)

Beberapa analis dari 99Bitcoins menilai koreksi kali ini hanyalah leverage flush, bukan awal dari tren penurunan jangka panjang. Struktur pasar secara keseluruhan masih terlihat bullish.

Menariknya, Solana (SOL) kini menunjukkan formasi teknikal cup and handle di grafik bulanan, yang kerap menjadi sinyal kuat untuk potensi breakout. Spekulasi seputar kemungkinan persetujuan ETF Solana juga menambah optimisme di kalangan trader menjelang kuartal IV-2025.

4. Pandangan jangka panjang masih positif

Ilustrasi bitcoin (freepik.com)

Meskipun volatilitas tinggi dalam jangka pendek, faktor fundamental jangka panjang tetap mendukung aset digital. Data dari Federal Reserve menunjukkan pasokan uang global meningkat hampir 8% secara tahunan, sementara aliran dana institusional ke ETF Bitcoin spot terus naik.

Selama Bitcoin bertahan di atas 120 ribu dolar AS (sekitar Rp1,9 miliar), tren naik masih terbuka lebar. Artinya, koreksi kali ini lebih merupakan istirahat sementara sebelum pasar melanjutkan penguatannya di akhir tahun.

Kejatuhan harga kripto hari ini disebabkan oleh kombinasi antara aksi ambil untung, ketidakpastian kebijakan moneter AS, dan rendahnya likuiditas pasar. Namun, prospek jangka panjang masih positif, terutama dengan meningkatnya minat institusi dan potensi ETF baru yang bisa mendorong sentimen pasar di kuartal berikutnya.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team