Ilustrasi Dollar dan Rupiah (ANTARA FOTO/Aprillio Akbar)
Pengamat pasar keuangan Ariston Tjendra menyatakan, pelemahan rupiah pada pembukaan perdagangan pagi ini disebabkan oleh tingkat imbal hasil obligasi Pemerintah AS yang terus meninggi, terutama tenor 10 tahun.
"Pagi ini yield obligasi berada di kisaran 1,57 persen dan sempat menyentuh kisaran 1,58 persen. Padahal sehari sebelumnya berada di kisaran 1,49 persen," kata Ariston kepada IDN Times.
Adapun kenaikan yield tersebut tak terlepas dari pernyataan Gubernur The Fed yang menyatakan bahwa inflasi AS bakal meninggi untuk sementara waktu di awal pemulihan ekonomi.
"Prospek kenaikan inflasi ini kemudian diantisipasi pelaku pasar dengan kenaikan yield obligasi pemerintah jangka panjang," ujar Ariston.