Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Ilustrasi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS (ANTARA FOTO/ Sigid Kurniawan)
Ilustrasi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS (ANTARA FOTO/ Sigid Kurniawan)

Intinya sih...

  • Mata uang di Asia bergerak variatif, dengan beberapa mata uang menguat dan melemah

  • Kebijakan AS terhadap China memberi sentimen negatif ke rupiah, menyebabkan tekanan terhadap mata uang Garuda

  • Pelaku pasar cenderung memilih aset yang aman seperti dolar AS, sementara rupiah tertekan

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times – Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) kembali menunjukkan pelemahan tipis pada akhir perdagangan Kamis (20/10/2024) sore.

Berdasarkan data Bloomberg, rupiah ditutup pada level Rp16.629 per dolar AS, melemah sebesar 44 poin atau sekitar 0,27 persen dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya.

1. Mata uang di Asia bergerak variatif

Sementara mata uang di Asia bergerak variatif, dengan rincian:

  • Ringgit Malaysia menguat 0,02 persen 

  • Bath Thailand menguat 0,04 persen 

  • Yuan China menguat 0,03 persen

  • Rupee India menguat 0,05 perssn

  • Pesso Filipina melemah 0,31 persen

  • Won Korea melemah 0,56 persen

  • Dolar Taiwan melemah 0,16 persen

  • Dolar Singapura melemah 0,08 persen

  • Yen Jepang melemah 0,03 persen  

2. Kebijakan AS ke China beri sentimen negatif ke rupiah

Analis Doo Financial Futures, Lukman Leong mengatakan, rupiah akan melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan hari ini. Tekanan terhadap mata uang Garuda muncul seiring meningkatnya sentimen risk-off di pasar keuangan global, menyusul kembali memanasnya hubungan dagang antara AS dan China.

Ketegangan tersebut dipicu oleh pernyataan mantan Presiden AS, Donald Trump, yang menyebut akan melarang penggunaan perangkat lunak asal AS untuk keperluan produksi di China. Pernyataan ini memicu kekhawatiran investor terhadap potensi gangguan rantai pasok global dan prospek ekonomi dunia.

3. Pelaku pasar cenderung memilih aset yang aman

Dia menjelaskan, pelaku pasar cenderung beralih ke aset-aset aman seperti dolar AS, sementara mata uang negara berkembang, termasuk rupiah, tertekan. Di sisi lain, langkah Bank Indonesia menahan suku bunga acuan pada level 4,75 persen pun direspons positif oleh pasar.

"(Suku bunga acuan tetap) masih mendukung sentimen psoitif ke rupiah walau saya lihat rupoah masih cenderung berpotensi melemah," ujarnya.

Editorial Team