Jakarta, IDN Times - Kehadiran fitur paylater di berbagai platform, seperti e-commerce, aplikasi ride hailing, online travel agent (OTA), dan sebagainya kerap membuat candu atas utang konsumtif. Utang konsumtif merujuk pada utang yang uangnya digunakan untuk membeli barang atau jasa yang tidak produktif atau memiliki keuntungan ke depannya.
Direktur PT Insight Investments Management (INSIGHT), Ria M Warganda, mengatakan utang konsumtif perlu dikendalikan penggunaannya, agar tidak kecanduan, dan pada akhirnya terjebak utang.
“Berbeda halnya dengan utang produktif, utang konsumtif ini tidak memiliki nilai investasi, karena digunakan untuk membiayai pembelian barang atau jasa yang tidak memberikan pengembalian di masa depan atau nilainya bisa menurun, bahkan bisa jadi habis tanpa sisa,” kata Ria dikutip dari keterangan resmi, Rabu (17/5/2023).
Ria mengatakan, ada beberapa hal bahaya datang dari utang konsumtif, seperti bunga dan biaya tambahan yang cenderung lebih tinggi, bisa menjadi beban finansial, berpotensi menurunkan kredit skor, dan bahkan bisa memberikan pengaruh juga pada kesehatan mental.
Nah, INSIGHT memberikan beberapa tips agar tidak terjebak dengan utang konsumtif apalagi hingga kecanduan.