Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Ilustrasi Investasi. (IDN Times/Aditya Pratama)
Ilustrasi Investasi. (IDN Times/Aditya Pratama)

Intinya sih...

  • Utang berbunga tinggi harus jadi prioritas utama untuk dilunasi karena efek compounding negatif yang bisa menggerus hasil investasi.

  • Kelola cicilan jangka panjang dengan perencanaan matang, seperti KPR atau KKB, untuk stabilkan keuangan dan mulai menumbuhkan aset.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Digitalisasi keuangan membuat masyarakat semakin mudah mengakses berbagai produk finansial. Mulai dari paylater untuk belanja harian hingga investasi saham dan reksadana yang kini bisa dimulai dengan modal kecil.

Namun, kemudahan ini justru memunculkan dilema baru, terutama bagi generasi muda. Lebih baik melunasi cicilan dan paylater terlebih dahulu atau langsung fokus berinvestasi untuk masa depan?

Berikut tips mengelola prioritas keuangan agar tetap sehat dan seimbang!

1. Utang berbunga tinggi wajib jadi prioritas utama

Ilustrasi Utang (IDN Times/Arief Rahmat)

Layanan Buy Now, Pay Later (BNPL) atau paylater kian diminati masyarakat Indonesia. Data PT Pefindo Biro Kredit (IdScore) per Agustus 2025 menunjukkan, portofolio kredit BNPL melonjak 40,79 persen secara tahunan (year on year/yoy) menjadi Rp44,35 triliun. Pengguna terbesar berasal dari generasi milenial dengan porsi 46,37 persen.

Direktur PT Bahana TCW Investment Management, Danica Adhitama, menilai tingginya penggunaan layanan keuangan tidak selalu diiringi perilaku finansial yang bijak.

“Banyak investor muda yang semangat membeli saham atau reksadana, tetapi pada saat yang sama masih terjerat paylater atau cicilan berbunga tinggi yang tidak terkelola,” ujar Danica, dikutip Senin, (22/12/2025).

Menurut dia, utang berbunga tinggi harus menjadi prioritas utama untuk dilunasi. Pasalnya, bunga utang memiliki efek compounding negatif yang bisa menggerus hasil investasi.

“Melunasi utang berbunga tinggi adalah prioritas utama. Efek compounding negatif dari bunga utang bisa menghapus potensi keuntungan investasi dalam sekejap,” kata Danica.

2. Kelola cicilan jangka panjang dengan perencanaan matang

Ilustrasi Utang (IDN Times/Mardya Shakti)

Setelah utang berbunga tinggi terkendali, tahap berikutnya adalah mengelola cicilan jangka menengah hingga panjang, seperti Kredit Pemilikan Rumah (KPR) atau Kredit Kendaraan Bermotor (KKB).

Danica menjelaskan, cicilan jenis ini relatif lebih mudah direncanakan karena bersifat prediktabel dan memiliki opsi restrukturisasi atau refinancing.

Sebagai contoh, KPR dengan skema fixed rate biasanya menawarkan cicilan tetap selama 5–10 tahun pertama. Hal ini memudahkan perencanaan anggaran bulanan tanpa harus khawatir lonjakan cicilan mendadak.

Dengan cicilan yang tertata, kondisi keuangan akan lebih stabil dan memberi ruang untuk mulai menumbuhkan aset.

3. Investasi jadi langkah berikutnya untuk lawan inflasi

Ilustrasi investasi. (IDN Times/Arief Rahmat)

Setelah utang dan cicilan berada dalam kontrol, investasi bisa menjadi langkah lanjutan. Tujuannya bukan sekadar mencari untung, tetapi menjaga nilai uang agar tidak tergerus inflasi.

“Investasi, pada intinya adalah cara kita menumbuhkan uang untuk melawan inflasi dan membangun kekayaan jangka panjang,” ujar Danica.

Minat masyarakat Indonesia terhadap investasi pun terus meningkat. Data Statistik Pasar Modal OJK mencatat, per Oktober 2025 jumlah investor saham di BEI mencapai 14,2 juta, tumbuh 12 persen dibanding tahun sebelumnya. Sementara dana kelolaan reksadana menyentuh Rp250 triliun.

Danica menambahkan, investasi bisa dimulai sesuai kemampuan dan tujuan masing-masing.

“Apa pun tujuan jangka pendek, menengah, maupun panjang, mulai dari membeli gadget, liburan keluarga, membuka usaha, hingga dana pensiun, semuanya bisa dipersiapkan dengan berinvestasi dari sekarang,” kata Danica.

Pada akhirnya, mengelola keuangan bukan soal memilih antara cicilan atau investasi. Kuncinya ada pada keseimbangan. Lunasi utang yang memberatkan, kelola cicilan produktif dengan bijak, dan tanam investasi untuk masa depan.

Editorial Team