Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Pixabay/Designer-Obst
Pixabay/Designer-Obst

Kau tercenung menatap matahari yang terbenam di ujung pulau
Lebih dari itu, aku terpanah melihat senja yang tenggelam di retina matamu
Saat hari gelap, matahari terlelap
Matamu mengembun menyiratkan ratap

Ada yang lebih kau benci dari gelap;
Terang yang fana,
Riuh yang semu,
Dan bayang yang perlahan lindap

Kau tergelak dalam buaian gelap
Tak ada yang menyadari matamu sembap
Tak tersentuh pipi basahmu
Kau bebas patah sejadi-jadinya

Kakimu terseok-seok berlari
Bayangmu tertimbun labirin sunyi
Semakin jauh
Semakin tak terjamah

Ada yang lebih kau takuti dari senyap;
Tawa yang palsu,
Bahagia yang terbungkus empedu,
Dan bebas yang terbelenggu

Kau ingin mendekam dalam labirin sunyi itu
Matamu lebih tenang dengan gelap
Ragamu damai dalam senyap
Tak sudi menyantap riuh yang semu

Jika riuh bagimu semu...
Aku rela mematikan lilinku, memekat menjadi gelap
Yang melebur dalam darahmu
Mengabdi bersamamu

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team

EditorYudha ‎