ilustrasi alam (pexels.com/Ezra Comeau)
Oleh: Edmun Fidal Nuris
Dulu permadani hijau menyelimuti
Setiap lekuk tubuhmu ia tutupi
Jiwamu mengalir jauh dari hulu
Membawa berkah bagi anakmu
Engkau dulu indah
Begitu elok dipandang mata
Ladangku riang diterpa bayumu
Semilir angin membelai laksana ibu Sungguh...!
Kita bak sukma dalam kalbu
Seribu peluh kami yang menetes
Seribu kali kau seka dengan balasan
Engkaulah tulang punggung kami
Yang menopang kami hingga kembali
Sekarang semuanya berubah
Mimpi indah telah musnah
Siang jadi malam, terang jadi kelam
Dulu engkau memesona sekarang berubah rupa
Dulu dielukan sekarang ditindas tanpa rasa
Tidak ada lagi permadani yang terhampar
Membuat kami meringis kesesakan
Tiada malu orang rakus memperlakukanmu
Mengikis dan menggerusmu hingga hancur
Memenuhi diri sampai hilang akal
Tidak peduli engkau merintih kesakitan
Kami tidak berdaya
Membela hak yang dulu ada
Kami hanya mati bisu
Seperti tikus tertimpa batu
Tetapi sadarlah!
Bahwa besok kita masih hidup
Berjuanglah menghadapi kenyataan
Semoga kemudian hari kita masih punya harapan