Sejak dulu aku bertanya-tanya
Soal porsi yang bisa dicecap rasa
Sungguh buat apalah aku ada
Muncul ke dunia pun tak hadirkan cinta
Bagai pembawa sial teror yang mendera
Semua dianggap salah dan muara murka
Sejak dulu aku mencoba berbenah
Belasan tahun coba mencari berkah
Realitasnya tak pernah mengejawantah
Sekian waktu menjadi tempat singgah
Boro-boro mampu menjelajah
Yang dihasilkan pun entah-entah
Sejak dulu aku berandai-andai
Suatu saat mampukah berdamai
Dua dekade sudah mencaci bangkai
Bangku SD pun banyak memburai
Namun apalah guna menggadai
Sudah pasti akan terbantai
Sejak dulu tak pernah aku ingin jadi perempuan
Menerka mana lagi yang harus kuambil bagian
Setiap nyaris menemui ketiadaan
Teringat lagi semua harus yang aku enggan
Teringat lagi semua tenggat yang aku persetan
Teringat lagi aku tak berhak atas belas kasihan
Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
[PUISI] Bagian Anak Perempuan

ilustrasi perempuan (unsplash.com/Yaoqi)
This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Editorial Team
EditorYudha
Follow Us