Dalam tuturmu yang tak pernah utuh
Sorotmu teduh—tetapi rapuh
Terlampau cerdik sang puan menutupi bilur
Tak sadar, jiwanya kian hancur
Lidah-lidah gemulai menjelma badai yang meluluh lantak
Menghapus sinarmu dalam sekali entak
Pikirmu kuat,
Nyatanya sekarat
Realitas menyeretmu terlalu jauh
ekspektasi bagimu hanya semu
Perpaduan getir yang mencuri tidur
lalu kau bertanya, di mana salahnya?
Bibirmu kelu
Tak seuntai kata pun sanggup luruh
Sendu yang mulai memihak
Menghapusmu tanpa jejak