Hujan deras mengguyur langit kelabu
Menahan langkahku di ambang pintu
Bukan airnya yang membelenggu rindu
Melainkan ketakutan yang merayap dalam dada pilu
Aku terdiam, menunggu badai reda
Angin menderu, amarahnya menghantam dada
Keresahan datang bagai ombak tanpa jeda
Setiap petir seakan menyambar sisa asa
Kekhawatiran menumpuk seperti awan hitam pekat
Langkahku terhenti, napasku sesaat tercekat
Namun di sela gulita, kulihat secercah cahaya mendekat
Membisikkan bahwa gelap pun tak selamanya terus melekat
Lalu kutatap cakrawala yang mulai merekah jelas
Badai belum pergi, namun amarahnya perlahan mengulas
Kukumpulkan keberanian dari napas yang hampir terlepas
Untuk melangkah perlahan, meski hatiku belum sepenuhnya ikhlas
