Di dekapan fajar yang lirih itu
Namamu mengalir bagaikan sinar mentari pertama
Tawa kecilmu menari di antara kelopak bunga
Membangkitkan taman di relung hatiku yang layu
Setiap senja, rinduku mengembara tanpa arah
Menumpang lelah pada awan yang pulang ke rumah
Kau adalah pelangi setelah badai reda
Menghias langit harapan yang hampir pudar
Di antara doa-doa yang kupintal setiap malam
Ada jarak yang tak bisa terjangkau
Namun cintaku ini tak mengenal waktu
Ia tetap tumbuh meski dirimu kini hanya bayang-bayang
Kau menjadi kenangan yang menyala di dada
Menghangatkan setiap langkahku di jalan sunyi tak bertepi
Meski tubuhmu tiada, jiwamu selalu ada
Menemani hingga batas nafasku yang terakhir
Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
[PUISI] Dalam Bayang-Bayang Kenangan

ilustrasi bayangan (pexels.com/Abet Llacer)
This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Editorial Team
EditorYudha
Follow Us