Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Gajah
Gajah (unsplash.com/Rudi De Meyer)

Di belantara yang semakin meruncing, gajah-gajah berjalan tanpa peta
Laksana puisi yang kehilangan akhirnya
Aku melihat mereka dari kejauhan dan dadaku retak pelan
Ada rindu pada tanah yang tak lagi mereka temukan

Rumpun hijau berganti kabut abu yang mematahkan ingatan
Langkah-langkah besar itu tersandung sunyi manusia
Aku ingin menjerit, namun suaraku pecah sebelum lahir
Seperti sungai yang dicekik sebelum sampai muaranya

Mata gajah menampung langit yang tak lagi biru
Seolah meminta penjelasan padaku yang bukan pelakunya
Tapi rasa bersalah tetap datang tanpa mengetuk
Duduk di pundakku, lebih berat dari taring yang dirampas

Andai aku punya keberanian sekuat langkah mereka
Mungkin aku bisa menuntun mereka pulang ke hutan
Tapi aku hanya penonton yang basah oleh diam
Dan elegi ini menjadi rumah bagi duka yang tertinggal

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team