Di belantara yang semakin meruncing, gajah-gajah berjalan tanpa peta
Laksana puisi yang kehilangan akhirnya
Aku melihat mereka dari kejauhan dan dadaku retak pelan
Ada rindu pada tanah yang tak lagi mereka temukan
Rumpun hijau berganti kabut abu yang mematahkan ingatan
Langkah-langkah besar itu tersandung sunyi manusia
Aku ingin menjerit, namun suaraku pecah sebelum lahir
Seperti sungai yang dicekik sebelum sampai muaranya
Mata gajah menampung langit yang tak lagi biru
Seolah meminta penjelasan padaku yang bukan pelakunya
Tapi rasa bersalah tetap datang tanpa mengetuk
Duduk di pundakku, lebih berat dari taring yang dirampas
Andai aku punya keberanian sekuat langkah mereka
Mungkin aku bisa menuntun mereka pulang ke hutan
Tapi aku hanya penonton yang basah oleh diam
Dan elegi ini menjadi rumah bagi duka yang tertinggal
