Mata merah, kosong kepala, hati yang hampa
Perasaan ini seakan bertahan selamanya
Tak kulihat apa pun di depan
Kecuali diriku, mengais sisa kehidupan
Kau melangkah datang menuju diriku adalah kemustahilan
Sedangkan kakiku yang berlari mengarah padamu menjadi pilihan
Maka kita hanya berbaring sendiri menikmati dinginnya lantai
Sebab tubuhku pun terlalu lelah untuk berkompromi
Hingga semuanya larut terlupakan waktu
Tanpa goresan berarti, selalu begitu
Setiap napas yang kuhela, hanya Tuhan yang tahu
Sebab dirimu terlalu jauh entah di mana
Dan keduaku mataku senantiasa terpejam
Melepaskan mereka yang terus terbang