Bohongnya para penyair mengatakan bahwa setiap senja memiliki semburat jingga keemasan.
Buktinya, Jakarta senja ini tidak jingga, namun biru dengan sedikit awas beriring membawa ledakan rindu yang pasti akan terbagi setetes demi setetes.
Jakarta senja ini cerah, namun sayup azan magrib terdengar parau di telinga ini. Entah.
Jakarta senja ini tampak berat membawa-bawa rindu, makanya ia meminta awan untuk membawakannya. Sesekali awan yang beriring itu melepas beban berat yang dipikulnya dalam bentuk gerimis yang selalu tidak pernah berharga dalam sibuknya Kota Jakarta.