Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
pexels.com/Tom Swinnen

Seorang pengembara berjalan di atas retakan tanah
Dalam dahaga yang kian mengoyak tenggorokannya
Ia tetap berjalan dengan kaki yang penuh darah
Berjalan mengikuti tapakan yang tiada habisnya

Tanpa pernah bertanya kepada Tuhan 'kan di mana akhirnya
Air matanya telah mengering tak bersisa
Kulitnya hangus terbakar sang surya
Peluh tiada henti membasahi tubuhnya yang kian renta

Pernah suatu kali ada yang memayunginya
Juga menghapus peluh dan darah di tubuhnya
Lalu kemudian dia siramkan air garam dalam luka yang menganga
Jangan tanya apa rasanya, tak satu tetes pun deraian itu jatuh dari matanya

Tuhan, peluklah raga sekali saja
Dalam luka yang kian mendera menjelma rasa
Langkah kian gontai dalam terpaan fatamorgana
Biarkan aku berada di sisi-Mu selamanya

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team

EditorYudha