Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi kemiskinan (unsplash.com/dulana_hansisi)

Kemiskinan meronta, berteriak tersiksa. Ia membunuh bagai wabah yang kian hari kian sulit untuk disembuhkan.

Kemiskinan mewabah bukan untuk membunuh. Ia mewabah untuk memberi penderitaan, memberi rasa was-was, dan memberi prasangka buruk pada apa pun,
pada pemangku kekuasaan
pada orang-orang yang tidur nyenyak di rumah-rumah mewah mereka
pada mereka yang rela mengeluarkan ratusan ribu uang mereka demi secangkir kopi, teh, atau sesuap es krim
pada Pencipta mereka sambil berkata,
"Tuhan pilih kasih, kenapa tidak Kau-siksa kamu dengan nikmat yang banyak seperti orang-orang itu?"

Kemiskinan tumbuh,
seperti kita
seperti jamur-jamur busuk yang tumbuh subur di tanah lembap saat hujan terus-menerus menerpa bumi ini

Kemiskinan tidak membunuh.
Ia mengantar kita pada keterpurukan
pada sumpah serapah yang salah sasaran
pada gumaman ketidakbersyukuran
pada hidup yang kian terimpit, terempas hingga sedikit-sedikit menjadi ampas tanpa arti

Editor’s Picks

Editorial Team

Tonton lebih seru di