Api menjalar memuncak berkobar
Membakar ujung lilin batang hidupnya
Kusimak sorak-sorai mereka berkata
Lilin keenamnya megah merana
Ia akan hidup damai sentosa
Tenteram merdu menyulut bara
Lagi, api menyulut lilin hidupnya
Kali ini angka kedua belas
Kutiup lembut penuh suka cita
Oh, dengarlah kicauan pipit temaram
Nona, selamat datang di pintu perang
Tanah yang kau pijak menghunus kejam
Lika-liku dibuai pilu nan luka
Kutiup lilin di batang hidupnya
Lagi dan lagi, kini angka ketujuh belas
Tak seorang pun datang bertepuk tangan
Doa dan harap itu telah musnah
Dilahap badai dihujat serapah
Oh, langkahku terpincang-pincang
Apa hanya jalanku yang buta?
Mencari teki di gundah teka
Berteriak mati, mati, matilah
Meraung hidup, hidup, hiduplah
Kau suka frasa yang mana?
Hei, bangunlah dari alunan lelap
Hanya pengecut yang akan menyerah
Kau ini punya Tuhan
Dicipta dari asa nan haus akan harap
Sungguh, tak perlu tangguh berlagak
Kau ini ‘kan manusia
Kutiup lagi lilin hidupnya
Kali ini yang kesembilan puluh sembilan
Lambat laun sorai berganti nestapa
Menjemput raga nan terkulai lemah
Lihatlah, jiwa itu sampai di ujung jalan
Nyatanya ia sanggup bertahan