Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi lorong (pexels.com/Caleb Oquendo)

Di lorong waktu yang retak dan sunyi
Langkah kita menggema bisu 
Harapan tumbuh di sela reruntuhan 
Meski tahu, tanahnya penuh luka dan arang 

Dinding kenangan memantulkan wajah
Yang dulu tertawa, kini hilang arah 
Bayangan masa lalu terus menekan  
Menyisakan cemas di pelupuk lelah

Cahaya bocor dari celah-celah genting
Tak lagi sanggup menghangatkan pagi 
Jam berdetak, tetapi hatiku tak turut
Tertinggal di jeda yang tak pernah utuh

Ekspektasi tumbuh di tanah gersang
Sesaat mekar, lalu sekejap gugur tanpa suara 
Kenyataan turun seperti hujan di musim kemarau
Mengikis harapan yang renta dan rapuh

Kita terus berjalan meski tak utuh
Mengumpulkan serpihan diri di sudut waktu  
Sebab di lorong yang hampir runtuh ini
Kita berdamai meski tak pulih sepenuhnya 

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team

EditorYudha ‎