Purnama merangkak semakin puncak,
sementara di sini waktu terus dilahap muram,
isi pikiran yang berserakan
tertuang dalam coretan tinta
Hening menyelimuti,
sementara mulutku komat-kamit
meluncurkan tuturan kata dan dialog,
yang ditujukan entah pada siapa
Malam itu semesta seolah bersekongkol mengirim rindu,
siulan angin membawaku padamu,
begitu juga dengan guguran daun
atau tarian awan di cakrawala
Malam itu,
bibirku kelolosan juga
menyebut namamu dalam bisikan
seolah dengan itu,
semesta bisa membawamu kembali padaku