Aku melihatmu, di sudut sepi,
memeluk lutut, diam, tak berani
Menyadari terlampau dini,
betapa mudah harapanmu patah,
saat belum sepenuhnya diizinkan tumbuh
Aku menatapmu, yang menahan diri
Mata kecilmu, yang memendam laut,
tanpa membiarkan satu pun ombaknya tumpah
Seolah gelombangnya akan menenggelamkan orang lain,
jika membiarkan mereka masuk di ke relung terdalam dirimu,
yang penuh damba tersembunyi
Kulihat matamu yang dulu memelas, memohon belas kasih
Berubah jadi senyuman manis,
Sebab kau pikir cinta harus dibayar tuntas
Dengan patuh, dengan tak meminta dan jadi egois
Jadi, izinkan aku menyelami di balik damainya permukaanmu
Menelusuri arus luka yang tak pernah,
sungguh berhenti mengusikmu
Membiarkanmu runtuh sebentar saja
Terlalu memahami, kau sudah lama berjuang,
untuk tetap tidak karam
Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
[PUISI] Menelusuri Damainya Permukaanmu

ilustrasi perempuan sendirian (unsplash.com/Łukasz Konieczka)
This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Editorial Team
EditorYudha
Follow Us