Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
unsplash.com/Fabrizio Verrecchia
unsplash.com/Fabrizio Verrecchia

Mulai detik itu
Di kala angin berembus 'tuk sekian kalinya
Dan saat mentari sedang terang-terangnya
Tak terlepas kedua mata ini darimu
Dalam belenggu, pandangan ini tertaut pada wajahmu
Aku terheran
Dari sekian banyak manusia
Mengapa kamu?

Laksana dalam cengkeraman mantra
Di kala senyap
Di kala runyam
Parasmu mampir dalam angan-angan
Namun aku tahu dengan gamblang
Tatapanku mustahil 'tuk terbalaskan
Sedang kamu menoleh ke kanan
Dan mataku terpatri pada yang disalahkan

Resah
Aku terus mengalah
Karena memang telah absah
Rasa ini akan selalu berakhir payah

Lantas aku harus apa?
Panggil saja aku pecundang
Yang tak mau ambil susah
Yang lantas menyerah
Meski selalu menghela melihat kamu dengannya
Namaku terselip dalam sapaanmu saja
Sangat cukup menjadi pelipur lara

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team