Matanya gamang, duduknya tenang
Namun, gemuruh badai di dadanya tak pernah hilang
Tak pernah ia seperti sekarang
Meluruh hebat di medan perang
Kepalanya dipenuhi pertanyaan
Tanpa jawaban
Bagai malam tanpa bintang
Lantas, akankah ia bertahan?
Puan, kau terbelenggu
Oleh nyanyian sore yang sendu
Bahkan, hujan mulai jatuh dari matamu
Mengiringi jiwa yang dirundung pilu