Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Pixabay

Malam senyap di belantara angan 
Merangkul embun yang bekukan hati 
Ditemani oleh melodi perih
Terlelap sampai hitam bersembunyi
Kuakui kepedihan tertinggal dalam dada
Memporak hati yang telah mati

Menggores mata hingga tangis membendung
Menusuk jantung yang kian tak berdaya
Retak kini yang mulai kurasakan
Menari dalam percikan nanah pekat
Hingga secercah merah bersemayam lega
Bahkan, awan pun seakan enggan memandang 

Aduhai, belahan hatiku 
Mengapa kau ikat hati ini pada belati
Membiarkannya perih berjuta kali
Sampai merobek tanpa secercah peduli
Dimana naluri sehat yang selalu kau hargai?
Mungkinkah ia telah terbujur mati
Terkubur kaku dalam peti misteri
Hingga yang tersisa hanyalah otak tiada budi
Bertahta sesak hati

Aku mulai menyadari
Akan indah dan sengsaranya
Berjuta rasa juga lara

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Editor’s Picks

Editorial Team