Aku berdiri dengan kedua kaki yang lapuk,
Sangat lapuk hingga aku takut melangkah,
Sebab setiap jejak bisa saja menghancurkannya.
Namun diam pun tak menjamin,
Bahwa kehancuran takkan datang.
Entah esok, lusa, atau selamanya.
Aku terjebak dalam kekhawatiran,
Jika ada yang berkata dunia ini tempat penyiksaan,
Aku takkan membantah,
Sebab kebenaran itu terasa nyata.
Kini, aku masih bertahan,
Dengan doa yang sama,
Berharap ada cahaya di ujung nestapa.