Satu roti dibagi rata kepada kawan sebaya
Raut wajah dua anak malang menahan luka
Debu menempel di kulit lembut para remaja
Mata kita tak bisa sembunyi dari segala derita
Dahaga kering habis terkuras oleh air mata
Perutmu berbunyi lagi, padahal sudah diisi
Tangan kecilku tersayat luka, membakar logika
Sisa satu gigitan lagi, kurelakan kepadamu
Kau mengunyah sepotong roti pengikis pilu
Meski aroma roti masih memanggil, rasa haru
di benak lebih membuatku menggigil
