Di ujung malam yang sunyi, dering itu pecah,
seperti bisikan yang memaksa pintu hati terbuka,
namun tak ada suara yang menjawab dari sana,
hanya gema rindu yang jatuh di sela-sela waktu.
Aku menunggu, menakar detik yang terasa berat,
seolah tiap nada menanyakan perih yang lama disimpan,
apakah kau masih di sana, atau telah pergi jauh,
meninggalkan jejak yang tak sanggup lagi kucari.
Telepon itu berhenti, tapi hampa tetap tinggal,
diam menekan dada lebih keras dari bunyi apa pun,
seakan dunia memberi tanda yang tak terucap,
bahwa beberapa panggilan hanya lahir untuk sunyi.