Aku hanyalah bayangan yang dipaksa kelam
Bersinar dianggap mengancam
Terjebak dalam riuhnya kekosongan
Hingga gelap seakan berubah kawan
Meski ribuan mimpi berbisik lirih
Tangan-tangan sigap membekap indera
Sebab emosi adalah tabu
Dan tak ada tempat mengadu iba
Seluruh aturan hanyalah cermin bias
Karena lelaki bebas meniti angkasa
Dan aku, hanyalah wanita tanpa kuasa
Terbiasa menunggu di etalase penuh dusta
Namun, bara tak selamanya padam
Kutempa tiap kata, meski caci taruhannya
Harap tiap suara yang dirajut dalam hening
Bergema nyaring di semesta esok lusa