TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

[CERPEN] Ketika Kopi Beradu dengan Vanilla dalam Gelas

Selamat menikmati cinta kami dalam secangkir vanilla latte

Pexels/Jean Balzan

 

Kopi selalu matang dalam prosesnya dan vanilla selalu berpegang teguh pada karakternya. Dua unsur rasa yang selalu menjadi candu bagi para penikmatnya. Aku bukan seorang penikmat kopi tapi aku menyukai proses panjang kopi, mulai dari biji hingga tertuang dalam cangkir. Seseorang pernah berkata padaku, "Kamu tahu, kualitas kopi  memang  menentukan rasa, tapi kamu jangan pernah mengabaikan peran sebuah tangan yang dan meraciknya hingga tertuang pada gelas," ujarnya dengan penuh penekanan.

Baginya kopi bukan sekadar kolaborasi antara air dan serbuk kopi, tapi kolaborasi antara jiwa dan kopi untuk menciptakan rasa. Dia bilang harus ada jiwa yang dituangkan dalam setiap adukan kopi sebelum segelas kopi dihidangkan untuk mencapai rasa yang sempurna bagi penikmat kopi sejati. Pendapat itu datang dari seorang lelaki yang sangat mencintai kopi , dia meyakini kalau dunia perkopian menjadi passion-nya. Keyakinannya itulah membawa dia terjun langsung meracik kopi, bukan hanya untuk sekedar dinikmati sendiri, tapi bisa dinikmati banyak orang.

Nama lelaki itu Darren Chandra. Dia meninggalkan pekerjaannya sebagai manager di salah satu hotel berbintang dengan gaji yang cukup fantastis hanya untuk mengejar yang dia bilang passionnya itu. Karena kegilaanya itu pula aku bisa duduk di sini. Di  salah satu sudut kedai kopi yang bernuansa klasik tapi tetap diberi beberapa sentuhan modern yang terlihat dari beberapa dinding diberi gambar mural yang bisa dipakai untuk berfoto.

Kedai ini adalah usaha yang dirintis oleh Darren. Keberadaanku tentu saja untuk menunggu Darren. Aku menunggunya dengan segelas milk shake rasa vanilla, kedai ini tidak hanya menyediakan varian kopi pada menunya. Aku bukan penimat kopi, bahkan sangat jarang untuk meminumnya. Hanya sesekali saat Darren memaksaku untuk menyesap kopi hasil racikannya, vanilla atau green tea jauh lebih baik buatku.

"Hai beib, udah lama nunggunya?" tanya Darren sembari memelukku dari belakang dan mendaratkan dagunya di bahuku.

"Coba kamu check beib, jangan-jangan aku udah karatan," Darren tertawa dan berpindah duduk di depanku.

Lelaki tampan dengan tinggi 175cm yang mengaku sangat mencintai kopi ini memilih wanita sepertiku yang bukan penikmat kopi. Aneh bukan, kalau tidak aneh bukan Darren namanya.

"Vanilla lagi?" tanya Darren setelah melihat ke arah gelasku.

" Vanilla jauh lebih baik dari kopi," jawabku.

" Kenapa suka vanilla sih?" Darren menatapku berharap akan mendapat jawaban.

"Vanilla itu berkarakter."

"Kok gitu?" Darren terlihat bingung

"Vanilla itu lebih berkarakter dari pada kopimu, kemana pun vanilla berbaur, vanilla pasti akan tetap jadi vanilla." Aku mencoba untuk menjelaskan.

"Kopi juga gitu," ujar Darren tak mau kalah.

"Kopimu itu kalau ketemu coklat jadi moccacino, mereka menciptakan rasa baru. Beda dengan vanilla yang gak pernah menghilangkan  rasa apapun dia tetap jadi dirinya sendiri," aku menncoba untuk memaparkan pemahamanku padanya.

"Mulai deh Ivanka Candaya berfilosofi," Darren selalu seperti itu, menyebutkan namaku dengan lengkap untuk menggoda.

Lanjutkan membaca artikel di bawah

Editor’s picks

Ini bukan perdebatan pertama kami tentang kopi dan vanilla. Darren suka menggodaku karena kecintaanku pada vanilla dan semua filosofinya. Vanilla yang melambangkan kerendahan hati karena rupanya yang sederhana, tapi tetap menberikan rasa dan aroma yang manis pada penikmatnya. Vanilla dengan karakternya yang kuat, kemana pun vanilla berbaur, vanilla tak pernah merubah rasa. Vanilla tak pernah kehilangan jati dirinya, vanilla akan tetap vanilla. Berbeda dengan kopi yang selalu menciptakan rasa baru ktika dia bertemu dengan elemen yang lain.

Darren tak pernah memaksakan aku untuk menyukai kopi seperti dirinya. Tapi aku tahu banyak hal tentang kopi dari Darren. Mungkin aku bukan teman Darren untuk menikmati kopi, tapi aku menjadi teman Darren untuk berbagi tentang mimpi dan pencapaiannya tentang kopi. Aku memang bukan penikmat kopi, tapi aku selalu menikmati kebersamaanku dengan Darren, setiap kali dia bercerita tentang kopi.

Buatku dan Darren mencintai bukan berarti kami harus menjadi sama. Mungkin memang kami harus memliki komitmen dan tujuan yang sama, tapi kami tidak menghapus perbedaan. Seperti kecintaaku pada vanilla dan Darren pada kopi, kami tetap berbeda tidak memaksakan diri untuk menjadi sama.

Darren pernah bilang, "biarkan kita seperti ini, kamu tetap menjadi pecinta vanilla dan aku menjadi pecinta kopi , aku gak mau kamu ikut menyesap pahitnya kopi. Biar aku aja yang merasakan manisnya vanilla karena keberadaan kamu. Kamu tahu kita tidak perlu menjadi sama , kita tetap bisa bertahan pada rasa kita masing-masing kita hanya perlu susu menjadi penengah diantara kita lalu kita hidangkan cinta kita dalam secangkir vanilla latte." 

Darren memaparkan filosofinya dengan antusias saat itu dan aku menyukai filosofinya itu. Mungkin kami pasangan filosofi yang begitu hobi memaparkan sisi kehidupan.

 

Resep Secangkir  Vanilla Latte Ala Darren

Bahan-bahan

  1. 2 sdm kopi bubuk

  2. 1 sdm gula

  3. 180 ml air panas untuk menyeduh

  4. 30 ml bubuk vanilla

  5. 120 ml susu murni

  6. 40 gram whipped cream

Langkah

15 menit

  1. Pertama-tama kamu seduh kopi dengan air suhu 90-96’C, lalu saring menggunakan kertas saring kopi, dan buang ampasnya.

  2. Setelah itu masukkan bubuk vanilla, gula dan aduk hingga larut sempurna.

  3. Lalu kamu panaskan susu dengan api kecil hingga mencapai 80’C, dan masukkan pada seduhan kopi.

  4. Lalu tambahkan whipped cream di atasnya dan taburkan coklat bubuk.

 

Selamat menikmati cinta kami dalam secangir vanilla latte

 

 

 

 

Verified Writer

Caroline Sambuaga

I am a creative director of my dream(s) Twitter & Instagram : @che_sam Wattpad : @chesamstory Blog : www.chesamstory.wordpress.com

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya