TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

[CERPEN] Satu Tuhan dan Dua Patah yang Sama

Padanya, Senja.

Pexels/Subham Dash

Teruntuk kamu, Jinggaku

Kisah ini untuk jinggaku, teman dalam hujanku dan alasan jatuh hatiku
--Indri Galuh

♪ Song: I love Someone Else by Suzy ♪

-----------------------------------------------------------------------------

Aku beri kamu nama Jingga.

Tidak pernah ada alasan yang jelas, klise saja. Karena kamu sangat menyukai warna jingga. Tidak ada yang istimewa layaknya warna yang tak bernyawa. Seperti aku yang yang jatuh hati pada sosokmu yang sederhana.

Duhai Jingga, bagaimana aku merangkai kata untuk menjabarkan pada orang di sekitar kita bahwa kamu berharga?

Duhai Jingga, pada dasarnya cinta memang sederhana. Padahal alasan utamaku jatuh cinta pada pandangan pertama hanya karena nama.

Jingga, mungkin orang yang mengenal kita berpikir bahwa kisah ini adalah tentang kita berdua. Tapi di awal pertama ini aku akan menjelaskan--bahwa semuanya hanya tentang aku yang jatuh cinta sendirian saja. Tanpa kamu. Tanpa ada kita.

Jingga, bagaimana aku bisa jatuh begitu dalam pada kamu yang biasa saja?

Alasannya sederhana, karena kamu apa adanya. Karena keistimewaanmu pada dasarnya hanya manusia-manusia tertentu yang bisa melihatnya.

Lanjutkan membaca artikel di bawah

Editor’s picks

Jingga, kenapa dari semua pria hanya kamu yang menjadi juara dalam meluluh lantakkan relung jiwa?

Kamu mungkin akan menjawab kalau kamu tidak berbuat apa-apa. Memang benar; karena pada dasarnya siapa saja yang jatuh cinta dan bertahan pada hati yang belum tentu membalas akan merasakan luluh lantak.

Bukan salahmu Jingga, karena harusnya siapa saja yang berani jatuh cinta maka harus lapang dada menerima akhir kisahnya. Seperti aku, yang selalu merasa baik-baik saja dengan akhir kisah jatuh cinta.

Jika ada orang lain yang menyalahkanmu karena akhir kisah kita, katakan padaku saja. Aku akan dengan senang hati berkata bahwa kamu memang seistimewa itu untuk aku cinta.

Tahukah kamu, jika banyak yang berkata aku adalah perempuan murahan yang mengemis cinta pada orang yang tidak peka?

Tahukah kamu, jika perempuan-perempuanmu berkata bahwa aku adalah perempuan tak tahu malu karena selalu punya alasan untuk berada di sampingmu padahal aku bukan siapa-siapa?

Kamu tahu; tapi kamu merasa tidak ada apa-apa.

Banyak orang di sekitar kita yang selalu memandangku seperti itu. Bukan hanya mereka, bukan hanya perempuan – perempuanmu. Tapi hampir seluruh orang di sekitar kita.

Sampai pada titik puncaknya; Mereka kasihan pada akhirnya.

Kamu bahkan tidak peduli. Kamu anggap bahwa perasaanku dan perkataan mereka hanya angin lalu.

Pada akhirnya aku tetap di sini. Pada perasaan yang sama. Zona yang sama.

Dan akhir yang sama.

Writer

Indri Galuh Putri

Somewhere with a new story.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya