Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
[CERPEN] Akhir Tragis tanpa Tangis

pexels.com/Kat Jayne
Baru selangkah memasuki rumah, tamparan keras berhasil memerahi pipiku. Tampaknya ia kesal karena aku pulang sedikit terlambat. Kali ini pria tua yang tak kuharapkan menjadi ayahku-- itu langsung merogoh semua kantong dan mengeluarkan isi tasku, berharap menemukan sesuatu yang ia inginkan.
"Yang kemarin tak cukup, hah?" Nadaku memekik, mencapai amarah.
Tamparan kedua terasa lebih keras lagi. Telingaku sampai iba dan tak mau merekam suara mengenaskan itu.
"Dasar! Masih bisa melawan?" Ia marah lalu memberantakkan barang-barangku dengan kakinya.
Editor’s Picks
Editorial Team
Editorbree naa
Follow Us