Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi seorang lelaki sedang termenung (unsplash.com/Anthony Tori)

Senja mulai melukis langit dengan warna jingga yang memukau. Di tepi sebuah danau yang tenang, seorang lelaki duduk termenung di atas bangku kayu yang telah usang oleh waktu. Namanya Bima, seorang pria berusia tiga puluhan yang sudah lama meninggalkan kampung halamannya. Di hadapannya, permukaan air danau tampak berkilau, memantulkan cahaya matahari yang mulai meredup.

Bima selalu menyukai senja. Ada sesuatu yang menenangkan dalam perpaduan warna dan ketenangan alam di saat itu. Namun, hari ini senja yang biasa menenangkan justru membawanya pada pusaran kenangan yang sulit ia lupakan. Satu demi satu kenangan itu menyeruak ke permukaan, mengisi pikirannya yang penuh dengan penyesalan.

Bima teringat masa-masa ketika ia masih muda, ketika ambisi dan mimpi-mimpinya begitu besar. Ia meninggalkan kampung halaman dengan semangat membara, berharap bisa meraih sukses di kota besar. Namun, dalam perjalanannya, ia mulai melupakan akar dan nilai-nilai yang telah dibangun di dalam dirinya sejak kecil. Keluarga yang dulu selalu mendukungnya, kini terasa seperti bayang-bayang yang semakin pudar di kejauhan.

“Apa yang sudah aku lakukan?” gumam Bima dalam hati, menundukkan kepala. Ia merasa terjebak dalam dunia yang tak lagi ia kenali, penuh dengan kesibukan dan kebisingan yang membuatnya semakin jauh dari dirinya sendiri. Kegagalan demi kegagalan yang ia alami di kota membuatnya semakin terpuruk, hingga akhirnya ia merasa hampa dan kehilangan arah.

Editorial Team

Tonton lebih seru di