Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi berada di dalam kereta (unsplash.com/Amine mouzaoui)

Kereta yang aku tumpangi mulai bergerak perlahan, meninggalkan stasiun di tengah kota. Di balik jendela, ibu melambaikan tangan, senyum tipis masih tergambar di wajahnya meski matanya sembab. Ayah berdiri di sampingnya, diam seperti biasa, tetapi genggaman tangannya di bahuku tadi menyampaikan segalanya; hati-hati, jaga diri, terus melangkah.

Lebaran kali ini terasa lebih hangat dari sebelumnya. Barangkali karena waktu di rumah semakin terasa singkat. Suasana dapur dengan aroma masakan ibu, obrolan ringan di teras, dan tawa adik-adik, semuanya serasa berusaha menguatkanku sebelum kembali menjalani hari-hari yang menanti di tanah perantauan.

"Aku akan bertahan, Bu. Akan aku wujudkan semua yang pernah aku bilang."

Kalimat itu masih bergema jelas di benakku. Dulu aku mengucapkannya malam sebelum pertama kali berangkat. Waktu itu, langit cerah, dan aku begitu yakin seperti anak muda kebanyakan yang membawa koper penuh semangat. Aku ingin bekerja, ingin membahagiakan kedua orangtuaku, ingin membuktikan bahwa dari kampung kecil, anak mereka bisa mengadu nasib dengan gagah di kota besar.

Editorial Team

Tonton lebih seru di