Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi laki-laki sedih (unsplash.com/Karthikeyan Perumal)

Hari berganti hari, minggu berganti minggu. Jarum jam terus berdenting. Tak terasa sudah akhir tahun saja. Pagi, siang, sore, dan malam yang kulalui tampak begitu saja. Sama halnya dengan tubuhku yang tampak di depan kaca. Baik dulu maupun sekarang, tak banyak yang berubah.

Teman-temanku sering ngedumel tentang jerawat yang muncul di wajah. Ada di mana-mana, bahkan ada yang batu juga. Aku hampir tak pernah mengalaminya, paling hanya muncul satu-dua saja. Di saat teman-temanku gencar-gencarnya diet untuk menurunkan timbangan, ada aku yang selalu makan porsi kuli–tapi tetap kurus jua.

Sejujurnya, aku tak pernah mengindahkan bagaimana bentukan fisikku. Sebab, aku yakin, ini adalah my best feature, karunia dari Tuhanku. Aku lahir dengan tubuh yang sempurna, tanpa ada cacat sekalipun. Namun, semua itu mulai berubah di saat the inner me mulai berulah.

"Lu bilang dia biasa aja? Hampir semua cowok di sekolah naksir dia, lho," kata si A. 

Editorial Team

EditorAtqo

Tonton lebih seru di