Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi perbedaan gudeg basah dan gudeg kering (YouTube.com/Devina Hermawan)
ilustrasi perbedaan gudeg basah dan gudeg kering (YouTube.com/Devina Hermawan)

Sebagai pencinta kuliner, kamu pasti sudah gak asing lagi dengan gudeg, makanan khas Yogyakarta yang punya cita rasa manis dan unik. Makanan berbahan dasar nangka muda ini kerap menjadi menu andalan saat berkunjung ke Kota Gudeg.

Tahukah kamu, ternyata perbedaan gudeg basah dan gudeg kering ini sering membuat orang bingung, lho. Perbedaan keduanya bukan hanya terletak pada tampilan atau kuahnya saja, tetapi juga mencakup cara memasak, bahan tambahan, dan penyajian. Keduanya memiliki ciri khas masing-masing yang menarik untuk dieksplorasi, apalagi jika kamu termasuk penikmat makanan tradisional Indonesia. Nah, artikel ini akan mengupas tuntas tentang gudeg kering dan gudeg basah agar kamu bisa memilih sesuai selera.


1. Tekstur dan kandungan kuah yang tampak berbeda

ilustrasi gudeg (YouTube.com/Devina Hermawan)

Salah satu perbedaan paling mencolok antara gudeg basah dan gudeg kering adalah dari segi tekstur dan kadar kuah. Gudeg basah memiliki kuah santan yang cukup banyak, membuat tampilannya lebih lembek dan berair. Kuah ini biasanya berasal dari areh, yaitu santan kental yang dimasak bersama rempah-rempah hingga menyatu dengan gudeg. Hal ini membuat gudeg basah terasa lebih gurih dan cocok disantap bersama nasi panas.

Sementara itu, gudeg kering dimasak lebih lama hingga air dan santannya menyusut, menyisakan tekstur yang lebih padat dan kering. Warnanya pun cenderung lebih gelap karena proses karamelisasi gula jawa yang lebih intens. Karena minim kuah, gudeg kering lebih cocok untuk dibawa sebagai oleh-oleh karena gak cepat basi dan lebih tahan lama dibanding versi basahnya, nih.


2. Rasa dan penyajian yang gak sama

ilustrasi gudeg (YouTube.com/dapur Mas Brewok)

Selain tekstur, rasa dari keduanya amat berbeda, lho. Gudeg basah cenderung memiliki rasa yang lebih gurih dan sedikit manis karena campuran areh dan santan kental. Rasanya menyatu dengan lauk pendamping seperti telur pindang, ayam opor, dan sambal krecek yang pedas. Perpaduan ini menciptakan harmoni rasa manis-gurih-pedas yang memanjakan lidah.

Sedangkan gudeg kering memiliki rasa yang lebih dominan manis karena gula Jawa menjadi bumbu utama dan kandungan santannya lebih sedikit. Biasanya, gudeg kering disajikan dengan ayam suwir, telur, dan krecek kering, sehingga lebih simpel namun tetap lezat. Kalau kamu suka rasa autentik khas Jogja dengan manis yang kuat, gudeg kering bisa jadi pilihan favoritmu.


3. Proses memasak dan daya tahan

ilustrasi masak gudeg (YouTube.com/Ceceromed Kitchen)

Untuk kamu yang penasaran dari sisi teknik memasaknya, gudeg basah dan gudeg kering ternyata membutuhkan durasi dan metode yang berbeda. Gudeg basah dimasak dengan waktu yang relatif lebih singkat, sekitar 4–6 jam saja. Santan ditambahkan menjelang akhir masak untuk menjaga kekentalan areh, yang akan menjadi kuah utama saat disajikan.

Sebaliknya, gudeg kering membutuhkan waktu memasak yang lebih lama, bisa mencapai 10–12 jam, bahkan lebih. Tujuannya agar cairan menguap sempurna dan menghasilkan tekstur kering yang khas. Karena durasi memasaknya lebih panjang dan kuahnya hampir hilang, gudeg kering cenderung lebih awet dan bisa tahan hingga 3 hari di suhu ruangan, atau bahkan lebih lama jika disimpan dalam kulkas, lho.


4. Cocok untuk acara dan oleh-oleh

ilustrasi perbedaan gudeg basah dan gudeg kering (YouTube.com/Devina Hermawan)

Nah, kalau kamu ingin menikmati gudeg di rumah atau saat bersantai dengan keluarga, maka gudeg basah bisa menjadi pilihan tepat, nih. Teksturnya yang lembek dan kuahnya yang gurih cocok disantap dalam suasana hangat dan santai. Biasanya, gudeg basah lebih sering ditemukan di warung makan tradisional atau saat disajikan untuk konsumsi pribadi.

Jika kamu ingin membawa gudeg sebagai oleh-oleh atau dibawa bepergian jauh, maka gudeg kering lebih direkomendasikan. Daya tahannya yang lebih baik dan gak mengandung kuah membuatnya lebih praktis untuk dibungkus. Tak heran banyak toko oleh-oleh di Yogyakarta yang menyediakan gudeg kering dalam kemasan kaleng atau vakum agar tetap awet dan higienis, ya.


5. Tampilan dan warna yang menggoda

ilustrasi gudeg (commons.wikimedia.org/Rardiane3)

Secara visual, gudeg basah biasanya berwarna cokelat muda atau kekuningan dengan kuah kental menggenang di sekelilingnya. Warna ini berasal dari perpaduan santan dan gula jawa yang tidak terlalu dimasak lama. Teksturnya lebih halus dan lembut karena gak terlalu banyak mengalami penguapan selama memasak.

Di sisi lain, gudeg kering memiliki warna cokelat tua atau kehitaman yang pekat, hasil dari proses memasak yang lama hingga airnya benar-benar menyusut. Tampilan ini sering membuat gudeg kering tampak lebih menggoda, apalagi bila disajikan dengan telur cokelat dan cabai utuh yang ikut dimasak bersamaan. Estetika sajian ini sering jadi favorit pecinta kuliner yang menyukai visual makanan yang kuat.

Setelah membaca penjelasan di atas, kamu sekarang tahu bahwa perbedaan gudeg basah dan gudeg kering bukan hanya soal tekstur atau rasa saja. Apakah kamu lebih suka kuah gurih dari gudeg basah, atau rasa manis pekat dari gudeg kering, nih?



This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team