ilustrasi nasi jamblang (flickr.com/Karls Alfrink)
Ada versi lain dari asal-usul nasi jamblang. Sekitar tahun 1847, Belanda sedang membangun tiga pabrik, dua pabrik tebu di Gempol dan Plumbon, dan satu pabrik spiritus di Palimanan. Pembangunan pabrik tersebut menyerap banyak pekerja. Pekerja berasal dari Cirebon dan sekitarnya.
Saat itu, susah untuk mencari warung nasi karena konon, menurut kepercayaan setempat, pamali untuk menjual nasi. Singkat cerita, sepasang suami-istri bernama Ki Antra dan Nyonya Pulung, menyedekahkan nasi bungkus dan lauk-pauknya kepada para pekerja. Nasi bungkus tersebut dibungkus dengan daun jati. Nasi bungkus ini awalnya gratis, namun para pekerja merasa tidak enak hati kepada pasutri ini, akhirnya mereka memberikan uang sukarela untuk mengganti nasi bungkus yang para pekerja ini makan.
Nyonya Pulung pun membuat warung nasi di dekat rumahnya di Desa Jamblang. Awalnya nasi jamblang ini diedarkan oleh pedagang keliling yang membuat nasi jamblang menjadi terkenal. Nasi jamblang buatan Nyonya Pulung ini dikelola secara turun temurun oleh turunannya, dan sekarang menjadi Restoran Nasi Jamblang Tulen, yang bisa ditemui di depan Pasar Jamblang, Cirebon.