TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Asal Usul Makgeolli, Arak Beras yang Sering Muncul di Drama Korea

Perang sempat mengakibatkan produksi makgeolli dilarang

makgeolli yang disajikan di cawan (pixabay.com/jinhokim)

Kalian yang gemar nonton drakor pasti pernah melihat adegan di mana aktor atau aktrisnya sedang minum makgeolli sambil menyantap barbeque. Makgeolli adalah minuman beralkohol yang terbuat dari beras dan umumnya disajikan dalam keadaan dingin di dalam cawan.

Akan tetapi, tahukah kalian bahwa makgeolli sempat mengalami keterpurukan untuk beberapa waktu sebelum menjadi terkenal seperti sekarang? Ditetapkan sebagai "National Intangible Cultural Heritage," berikut adalah asal usul makgeolli hingga digemari oleh masyarakat Korea dan internasional.

1. Sudah ada sejak zaman dinasti Goryeo

ilustrasi bangunan bersejarah di Korea (unsplash.com/Brady Bellini)

Eksistensi makgeolli sudah tercatat di literasi kuno Korea sejak zaman Dinasti Goryeo. Merangkum Michelin Guide, makgeolli yang dahulu dikenal dengan nama nongju merupakan minuman beralkohol yang proses pembuatannya tidak mahal karena menggunakan ekstra hasil panen seperti beras dan barli yang dihasilkan oleh petani.

Selain diminum oleh para petani sewaktu istirahat makan siang, makgeolli juga disajikan di acara keluarga. Laman Foodicles menambahkan pada masa Dinasti Joseon seseorang yang naik kasta tidak bisa lagi minum makgeolli. Sebabnya minuman ini diasosiasikan untuk golongan commoner seperti petani, pedagang, dan buruh.

Baca Juga: 5 Fakta Soju, Minuman Beralkohol Asal Korea yang Mendunia

2. Pembuatan makgeolli sempat dilarang oleh pemerintah Korea

ilustrasi beras yang merupakan bahan dasar makgeolli (pexels.com/Anastasia Lashkevich)

Disebutkan di poin sebelumnya bahwa proses pembuatan makgeolli sangatlah mudah karena menggunakan nasi, air, dan nuruk (starter fermentasi tradisional dari Korea yang bentuknya bulat putih menyerupai rice cake). Tidak heran produksi makgeolli dapat dilakukan di rumah masing-masing.

Merangkum dari berbagai sumber, produksi makgeolli berhenti dikarenakan larangan pemerintah yang kala itu dikuasai oleh Jepang sekitar tahun 1930an dan karena perang di tahun 1960an. Pemerintah melarang pembuatan minuman beralkohol di rumah yang kemudian dipindahkan ke pabrik agar menjadi sumber pendapatan kekaisaran.

Perang mengakibatkan kelaparan dan supply beras terbatas sehingga penggunaan nasi untuk membuat makgeolli juga dilarang.

3. Masuknya budaya barat membuat masyarakat lupa akan makgeolli

makgeolli yang disajikan dengan menu khas Korea (pixabay.com/macintoy)

Larangan membuat makgeolli ditambah dengan pengaruh budaya barat secara tidak langsung mempengaruhi masyarakat Korea dalam memilih minuman beralkohol. Mengutip Michelin Guide, minuman bir menjadi terkenal sementara ketenaran makgeolli makin berkurang sejak acara Seoul Olympic Games di tahun 1988.

Merangkum dari berbagai sumber berita, pemerintah mengizinkan kembali produksi makgeolli sekitar tahun 1990an. Namun sayangnya banyak masyarakat lupa akan keunikan rasa dari makgeolli. Para pakar dan peneliti membutuhkan waktu yang lama untuk mencari kembali atau mengumpulkan resep tradisional pembuatan makgeolli.

 

4. Makgeolli menjadi terkenal karena media sosial dan drama Korea

ilustrasi membagikan foto di Instagram (pexels.com/ready made)

Makgeolli kembali melejit dikarenakan beberapa hal misalnya seperti drama Korea dan strategi marketing yang handal. Melansir Korea.Net, ekspor minuman makgeolli meningkat berkat ketertarikan dunia internasional akan tradisi budaya makanan Korea yang terlihat di dalam drama dan film Korea.

Sementara penggunaan strategi marketing misalnya dengan "makgeolli bar" dan sosial media. Lewat "makgeolli bar," pengunjung dapat memilih varian/jenis makgeolli dari daftar menu untuk kemudian disantap dengan makanan. Trik ini menarik kalangan anak muda khususnya millenials. Foto yang dibagikan dan diunggah di media sosial juga menarik minat masyarakat untuk mencoba minuman ini.

Baca Juga: 5 Minuman Khas Korea Selatan Paling Populer, Gak Cuma Soju!

Verified Writer

Maria Sutrisno

"Less is More" Ludwig Mies Van der Rohe.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya