TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

4 Fakta Teh Tubruk, Teh Tradisional Indonesia dengan Rasa yang Pekat

Teh tradisional Indonesia dengan rasa yang menggugah selera

ilustrasi teh (pexels.com/Reyhaneh Ahmadi)

Dewasa ini, minuman teh hadir dalam berbagai kemasan. Ada teh celup, teh botolan, teh dalam kemasan kotak, dan yang paling tradisional adalah tubruk. Berbeda dengan teh celup yang tehnya sudah ditakar dan dikemas dalam kantong, teh tubruk merupakan teh yang harus diukur sendiri saat akan menyeduhnya.

Dalam pembuatan teh tubruk, setelah teh tubruk selesai diseduh, akan terdapat ampas teh jika teh tidak disaring. Lebih lanjut, takaran teh yang tidak pas dapat membuat rasa teh terlalu sepat dan pahit. Hal inilah yang membuat teh tubruk dianggap tidak lebih praktis dibandingkan teh celup atau bahkan teh dalam kemasan.

Terlepas dari anggapan teh tubruk yang tidak praktis, teh tubruk memberikan aroma yang lebih wangi dan rasa yang lebih kuat dan bold dibandingkan teh celup yang tentunya akan lebih disukai oleh pencinta teh. 

Bisa dibilang teh tubruk adalah teh tradisional khas Indonesia, lho! Nah agar kalian lebih tahu tentang teh tubruk, simak artikel berikut ini yuk!

1. Punya rasa dan aroma yang kuat, wangi, dan kental

ilustrasi teh hitam (pixabay.com/Miloslav Hamřík)

Teh tubruk adalah teh yang terbuat dari tumbuhan teh (Camellia sinensis) dengan potongan daun yang masih kasar. Untuk membuat minuman teh, teh tubruk harus diseduh dengan air panas agar daun teh kering yang menggulung dapat terbuka secara perlahan dan memberikan rasa sepat khas teh serta mengubah air menjadi kecokelatan.

Dibandingkan dengan teh celup, teh tubruk memberikan rasa teh yang kuat, kental, tajam, dan aroma yang lebih wangi.

Pada pembuatan teh ini, teh tubruk tidak disaring sehingga setelah penyeduhan selama beberapa menit, ampas teh akan turun ke bawah, dan air tehnya dapat dinikmati. Biasanya teh tubruk ditambahkan dengan gula batu untuk memberikan rasa manis dan menyeimbangkan rasa sepat dari teh. Campuran, teh, air, dan gula batu yang saling dicampurkan dan bertubrukan ini disinyalir menjadi asal-usul nama teh tubruk.

2. Awal mula teh di Indonesia sejak abad ke-16

ilustrasi kebun teh (unsplash.com/Gusman Rifandi)

Adanya budaya minum teh di Indonesia tentunya tidak lepas dari datangnya orang Eropa di Bumi Nusantara. Sekilas tentang masuknya teh di Indonesia bermula pada tahun 1684. Teh dibawa oleh seorang ahli botani asal Jerman bernama Andreas Cleyer. Saat itu, tumbuhan teh hanya dimanfaatkan sebagai tanaman hias saja.

Pada abad ke-17, orang Belanda mengimpor bibit teh dari China untuk ditanam di Indonesia, sayangnya tidak memberikan hasil positif. Di tahun 1826, tumbuhan teh berhasil ditanam di Kebun Raya Bogor. Akibatnya, penanaman teh berlanjut secara masif di berbagai wilayah kekuasaan Hindia-Belanda seperti Garut, Purwakarta, Banyuwangi, dan Bogor. Seiring bertambahnya lahan perkebunan teh, dibangunlah pabrik-pabrik pengolahan teh karena teh menjadi komoditas yang menguntungkan kala itu.

Pada masa kolonialisme, para penjajah sudah terbiasa minum teh yang kemudian kebiasaan tersebut diadopsi oleh para bangsawan Indonesia. Pembuatan minuman teh tubruk ini diduga berkembang di wilayah Karesidenan Banyumas pada masa Hindia-Belanda. Beberapa wilayah seperti Banyumas, Cilacap, Purwokerto, dan Purbalingga juga dianggap menjadi wilayah awal mula teh terciptanya teh tubruk.

Selain terbuat dari daun teh yang dipotong kasar, teh tubruk juga biasanya mengandung bunga melati dan tangkainya yang dikeringkan dan dirajang kecil-kecil. Hal ini disebabkan karena dulu masyarakat Indonesia hanya kebagian teh berkualitas rendah. Oleh karena itu untuk meningkatkan rasa dan aroma, daun teh tersebut dicampur dengan bunga melati dan tangkainya.

Dahulu juga, penyajian teh tubruk dianggap sederhana karena hanya diseduh dan dicampur tanpa perlu penyaringan karena orang dulu tidak terbiasa untuk membuat teh dalam teko dan belum terbiasa menyaring ampas teh seperti kaum penjajah.

Baca Juga: 7 Teh Paling Sehat untuk Dikonsumsi Setiap Hari, Ada Favoritmu?

3. Proses pembuatan teh tubruk

ilustrasi teh yang dikeringkan (pixabay.com/Peggy und Marco Lachmann-Anke)

Untuk menghasilkan teh tubruk berkualitas, daun teh yang dipetik adalah tiga daun dari pucuk. Dipetik pucuknya karena bagian pucuk punya komponen yang kompleks seperti peko (tunas dari pucuk teh), tangkai atas dan bawah, serta daun pertama, kedua, dan ketiga. Bagian pucuk ini juga yang mengandung senyawa katekin dan kafein yang banyak dan memberikan rasa teh yang lebih kuat.

Setelah dipetik daun teh ini melewati sortasi basah untuk mengeliminasi kotoran atau bagian teh yang tidak digunakan. Kemudian teh diasap dan disangrai untuk menurunkan kadar airnya. Daun teh yang sudah kering kemudian disortasi kering untuk menghilangkan bagian-bagian teh yang tidak digunakan pasca pengeringan teh. Teh pun siap dikemas atau langsung bisa diseduh.

Verified Writer

Wanudya A

YNWA

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya