Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi kuah mala (commons.wikimedia.org/Jpatokal)
ilustrasi kuah mala (commons.wikimedia.org/Jpatokal)

Kuah mala belakangan sering muncul di berbagai konten kuliner dan mulai dicari oleh banyak orang yang penasaran dengan rasa pedas sekaligus sensasi kebas atau mati rasa yang ditawarkannya. Kuah ini identik dengan aroma rempah yang kuat, terutama dari lada Sichuan yang memberi sensasi kesemutan khas di lidah. Popularitasnya tidak hanya terbatas di negara asalnya, tetapi juga merambah ke Indonesia dengan berbagai kreasi baru.

Banyak restoran hingga pedagang kaki lima menjadikan kuah mala sebagai daya tarik utama untuk menu sup, mi, hingga sajian hot pot. Tren ini membuat kuah mala bukan sekadar makanan yang populer secara musiman, melainkan sudah jadi salah satu fenomena kuliner yang memengaruhi cara orang menikmati hidangan pedas. Berikut penjelasan lebih jauh mengenai kuah mala yang sedang viral tersebut.

1. Kuah mala berasal dari budaya kuliner Sichuan

ilustrasi kuah mala (commons.wikimedia.org/Daderot)

Kuah mala berakar dari masakan Sichuan di Tiongkok yang terkenal dengan kepedasannya. Lada Sichuan menjadi bumbu utama yang menciptakan sensasi pedas sekaligus mati rasa di lidah, berbeda dengan cabai biasa yang hanya membakar rasa. Masyarakat lokal menggunakan kuah ini terutama untuk hidangan hot pot yang dimakan bersama keluarga atau teman dalam suasana hangat. Popularitas kuah mala kemudian meluas karena dianggap mewakili ciri khas cita rasa Sichuan yang berani dan kompleks.

Seiring waktu, kuah mala mulai diadaptasi ke berbagai masakan lain dari sup sederhana hingga tumisan. Setiap daerah menambahkan bumbu tambahan sesuai selera seperti jahe, bawang putih, atau minyak cabai. Adaptasi ini menunjukkan bagaimana satu jenis kuah bisa berevolusi menjadi beragam variasi tanpa meninggalkan karakter utama.

2. Bahan utama menentukan karakter kuah mala

ilustrasi lada Sichuan (commons.wikimedia.org/Matt K)

Racikan kuah mala tidak bisa dipisahkan dari kombinasi lada Sichuan, cabai kering, minyak cabai, serta rempah seperti kayu manis, adas bintang, dan daun salam kering khas Tiongkok. Lada Sichuan menjadi kunci karena memberi rasa getir sekaligus aroma citrus yang ringan. Minyak cabai menambah warna merah pekat dan membuat kuah terlihat menggugah selera. Cabai kering yang dipanggang lebih dulu menghadirkan aroma asap yang memperkuat kompleksitas rasa.

Komposisi bumbu ini membuat kuah mala tampil dengan karakter pedas yang berlapis-lapis. Bukan hanya rasa pedas, melainkan juga wangi rempah yang meninggalkan jejak hangat di tenggorokan. Itulah sebabnya banyak orang merasakan sensasi unik yang berbeda dari sekadar sup pedas biasa. Ketika dimasak bersama daging, sayur, atau mi, kuah mala mampu menonjolkan rasa bahan makanan tanpa menutupinya.

3. Sensasi makan kuah mala berbeda dari kuah pedas biasa

ilustrasi kuah mala (commons.wikimedia.org/Alpha)

Banyak orang menggambarkan sensasi makan kuah mala sebagai pertemuan antara rasa pedas, hangat, dan mati rasa sekaligus. Ketika bercampur dengan minyak cabai, rasa pedas menjadi lebih kompleks dan memunculkan sensasi bergetar di mulut. Tidak heran, kuah ini sering dianggap pengalaman kuliner yang unik.

Berbeda dengan sup pedas ala Nusantara yang biasanya hanya memberi rasa terbakar di lidah, kuah mala menambah sensasi seperti kesemutan. Efek ini membuat orang ingin terus mencicipi walaupun rasa pedasnya cukup kuat. Hal ini membuktikan kuah mala tidak hanya menawarkan makanan, tetapi juga pengalaman indera yang jarang ditemui pada sajian lain.

4. Adaptasi kuah mala di Indonesia semakin beragam

ilustrasi mi kuah mala (commons.wikimedia.org/N509FZ)

Masuknya kuah mala ke Indonesia tidak hanya dalam bentuk hot pot seperti di negara asalnya. Banyak pelaku kuliner lokal menyesuaikannya dengan menu yang lebih dekat dengan lidah orang Indonesia, seperti mi kuah mala. Tingkat kepedasan juga dibuat bervariasi, dari versi ringan sampai ekstra pedas agar lebih mudah diterima oleh berbagai kalangan. Inovasi ini membuat kuah mala tidak hanya dinikmati oleh pencinta kuliner Tiongkok, tetapi juga oleh masyarakat umum.

Selain itu, restoran hingga gerai makanan kaki lima berlomba menghadirkan menu mala dengan harga terjangkau. Tidak sedikit juga orang yang mencoba meracik sendiri di rumah dengan bumbu instan yang kini mudah ditemukan. Kuah mala kini sudah menjadi bagian dari variasi kuliner baru di Indonesia.

Kuah mala yang sedang viral menunjukkan bahwa kuliner tidak hanya soal rasa, tetapi juga pengalaman unik yang memikat banyak orang. Dari asal-usulnya di Sichuan hingga berbagai adaptasi di Indonesia, kuah ini terus berkembang dan memperluas penggemarnya. Jika tren ini terus berlanjut, bukan tidak mungkin kuah mala akan menjadi salah satu ikon kuliner internasional yang juga melekat kuat di lidah masyarakat lokal.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team