Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
sup Korea
ilustrasi sup Korea (commons.wikimedia.org/Beeniru)

Intinya sih...

  • Seolleongtang membebaskan setiap orang mengatur rasanya

  • Gomtang sudah penuh cita rasa sejak suapan pertama

  • Galbitang menempatkan iga sebagai isi utama, bukan pelengkap

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Sama-sama berbahan dasar daging sapi, sup dari Korea ini sering dianggap sama. Padahal, seolleongtang, gomtang, dan galbitang punya karakter yang berbeda bahkan terlihat sejak proses memasaknya. Banyak orang hanya mengenali kuahnya yang bening atau putih tanpa benar-benar memahami bedanya.

Akibatnya, ketiganya kerap tertukar saat memesan di restoran Korea. Perbedaan ini bukan soal mana yang lebih enak, melainkan untuk siapa dan kapan sup itu biasanya dimakan. Detail kecil seperti cara membumbui dan apa saja yang ada di dalam isi mangkuk justru menjadi pembeda utama. Berikut penjelasan mengenai ketiga sup daging dari Korea berikut ini.

1. Seolleongtang membebaskan setiap orang mengatur rasanya

Seolleongtang (commons.wikimedia.org/이동원)

Seolleongtang direbus dari tulang dan bagian sapi lain dalam waktu lama hingga kuahnya berubah putih. Sejak awal memasak, sup ini hampir tidak dibumbui. Tujuannya bukan karena ingin hambar, tetapi memberi kebebasan pada orang yang memakannya. Garam, lada, dan daun bawang baru ditambahkan sesuai selera masing-masing.

Kebiasaan ini membuat seolleongtang terasa sangat personal. Sup ini sering dimakan sebagai menu harian, bukan dihidangkan sebagai hidangan spesial. Nasi biasanya langsung dicampur ke dalam kuah sup, bukan dimakan terpisah.

2. Gomtang sudah penuh cita rasa sejak suapan pertama

Gomtang (commons.wikimedia.org/lazy fri13th)

Gomtang juga direbus lama, tetapi pendekatannya berbeda. Daging dan tulang sapi sudah dibumbui sejak proses memasak. Karena itu, rasa gurihnya langsung terasa tanpa perlu tambahan apa pun. Kuahnya cenderung bening dan tidak seputih seolleongtang.

Sup ini banyak dipilih oleh orang yang ingin makan simpel. Di Korea, gomtang sering dijadikan menu setelah minum alkohol atau saat tubuh terasa lelah. Rasanya yang langsung menggoyang lidah membuatnya cocok untuk makan cepat. Tidak banyak kondimen tambahan saat menyantapnya.

3. Galbitang menempatkan iga sebagai isi utama, bukan pelengkap

Galbitang (commons.wikimedia.org/대경라이프)

Dalam semangkuk galbitang, iga sapi bukan sekadar isi, tapi pusat perhatian. Potongannya besar, bertulang, dan masih utuh, direbus lama hingga dagingnya mudah lepas saat digigit. Lemak dari iga perlahan keluar ke kuah, memberi rasa gurih alami tanpa perlu banyak bumbu.

Kuah galbitang dibuat bening dan ringan, biasanya hanya dibumbui bawang putih, daun bawang, dan sedikit garam. Fungsinya bukan untuk mendominasi rasa, melainkan menopang rasa daging. Saat dimakan, sensasi utama datang dari serat daging iga yang lembut, disusul kuah hangat yang bersih. Inilah sebabnya galbitang terasa penuh meski tampilnya terbilang sederhana.

4. Waktu dan alasan mengonsumsi ketiganya tidak sama

Seolleongtang (commons.wikimedia.org/Satomi Abe)

Seolleongtang sering dimakan kapan saja tanpa alasan khusus. Sup ini cocok untuk makan pagi, siang, atau malam. Sementara, gomtang lebih sering dipilih saat tubuh butuh pemulihan cepat pasca sakit atau merasa tidak enak badan. Tidak sedikit pekerja kantoran menjadikannya menu langganan sepulang bekerja.

Nah, kalau galbitang biasanya dikaitkan dengan momen tertentu. Sup ini kerap hadir saat makan bersama keluarga atau jamuan kecil. Bukan karena sifatnya formal, tetapi karena satu mangkuk galbitang sudah terasa lengkap,  ada kuah panas, daging iga yang bisa digerogoti, dan nasi putih sebagai pasangan wajib. Galbitang dipilih ketika orang ingin makan sup yang mengenyangkan, hangat, dan layak dinikmati perlahan.

5. Penyajian di restoran mencerminkan posisi tiap sup

Gomtang (commons.wikimedia.org/Aspere)

Seolleongtang hampir selalu disajikan sederhana. Banchan disajikan secukupnya, misalnya kimchi dan kkakdugi sekadar penyeimbang.. Gomtang juga tidak banyak variasi dalam penyajian. Sebab, yang penting rasanya konsisten dan mudah dinikmati.

Lain halnya dengan galbitang, karena tampil lebih penuh. Selain iga, sering ada mie kaca atau sayuran tambahan. Penyajiannya memberi kesan satu mangkuk sudah cukup sebagai hidangan utama. Dari sini terlihat bahwa ketiganya memang tidak sama.

Perbedaan sup tidak selalu terlihat dari warna kuahnya. Seolleongtang, gomtang, dan galbitang dibentuk oleh kebiasaan makan, bukan sekadar resep. Sup mana yang paling ingin kamu coba kalau pergi ke Korea?

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team