Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi mengulek cabai merah di cobek
ilustrasi mengulek cabai merah di cobek (vecteezy.com/Deni Joliyanto)

Intinya sih...

  • Tekstur kasar ulekan membuat masakan lebih nikmat

  • Butiran cabai, potongan bawang, dan rempah memberi sensasi berbeda saat disantap

  • Bumbu hasil blender cenderung terlalu halus dan seragam, tidak ada kejutan rasa

  • Proses mengulek menjaga aroma alami bahan

  • Gerusan manual dengan cobek membuat minyak atsiri keluar perlahan tanpa terpapar panas tinggi

  • Aroma tetap segar dan kuat bahkan setelah dimasak

  • Campuran manual membentuk rasa lebih seimbang

  • Saat menumbuk bahan bersamaan, tekanan tangan mengatur seberapa hal

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Aroma masakan rumahan sering kali terasa lebih menggoda saat bumbu dapur diulek dengan cobek dan ulekan batu. Ada sensasi khas dari proses menumbuk bahan-bahan segar, seperti bawang, cabai, dan kemiri, hingga mengeluarkan aroma alami yang tajam. Cara tradisional ini tidak hanya mengubah bentuk bahan, tetapi juga membangkitkan rasa yang lebih dalam.

Teknik mengulek dianggap mampu menjaga karakter setiap bahan tanpa membuatnya kehilangan aroma dan minyak alami. Proses ini juga menciptakan tekstur bumbu yang lebih hidup ketika dimasak. Pernahkah kamu bertanya-tanya, kenapa bumbu dapur yang diulek terasa lebih sedap, ya? Ketahui alasannya berikut ini, deh!

1. Tekstur kasar ulekan membuat masakan lebih nikmat

ilustrasi mengulek cabai (vecteezy.com/101221884999443641300)

Ketika bumbu diulek, hasilnya tidak sepenuhnya halus. Butiran cabai yang sedikit terlihat, potongan kecil bawang, dan rempah yang masih terasa teksturnya memberi sensasi berbeda saat disantap. Setiap elemen masih punya sensasi sendiri di lidah, sehingga menciptakan rasa yang bertingkat pedasnya datang perlahan dan gurihnya tidak langsung habis. Tekstur seperti ini membuat masakan terasa lebih alami dan tidak membosankan.

Sebaliknya, bumbu hasil blender cenderung terlalu halus dan seragam. Rasa menjadi rata, tidak ada kejutan kecil saat dimakan. Oleh karena itu, sambal, rendang, atau tumisan yang bumbunya diulek cenderung punya dimensi rasa yang lebih dalam. Itulah alasan kenapa sambal buatan rumah sering lebih disukai daripada sambal restoran cepat saji.

2. Proses mengulek menjaga aroma alami bahan

ilustrasi bumbu soto betawi (commons.wikimedia.org/Midori)

Mengulek bumbu bukan hanya soal menghancurkan, tapi juga menahan aroma agar tidak hilang. Gerusan manual dengan cobek membuat minyak atsiri dari bawang, cabai, dan rempah keluar perlahan tanpa terpapar panas tinggi. Hasilnya, aroma tetap segar dan kuat bahkan setelah dimasak. Proses ini menjaga keaslian rasa bahan-bahan dasar yang menjadi jiwa masakan Nusantara.

Berbeda dengan blender yang bekerja dengan kecepatan tinggi, pisau logamnya menghasilkan panas yang membuat sebagian aroma menguap lebih cepat. Itulah sebabnya, sambal yang diblender sering kali tidak punya “bau wangi” khas sambal rumahan. Dengan cara diulek, kamu memberi waktu bagi bahan untuk saling berpadu secara alami, sehingga menciptakan aroma yang lebih utuh dan menggoda.

3. Campuran manual membentuk rasa lebih seimbang

ilustrasi membuat sambal kacang gorengan (commons.wikimedia.org/FoengJongMeng)

Proses mengulek memungkinkan setiap bahan berpadu secara perlahan. Saat kamu menumbuk bawang, cabai, dan garam bersamaan, tekanan tangan mengatur seberapa halus tiap bahan dihancurkan. Hal ini membantu rasa asin, pedas, dan gurih menyatu tanpa saling menutupi. Bumbu pun terasa lebih seimbang saat dimasak.

Blender tidak memberi ruang untuk hal itu. Semua bahan langsung tercampur sempurna dalam hitungan detik tanpa proses penyesuaian rasa. Akibatnya, rasa masakan jadi datar dan kurang “nyawa”. Teknik ulek bisa disebut sebagai proses penciptaan rasa masakan yang sadar, karena kamu benar-benar tahu kapan harus berhenti agar rasa tetap harmonis.

4. Gesekan alami ulekan meningkatkan umami dan kematangan rasa

ilustrasi menghaluskan sambal ijo dengan cobek (instagram.com/dapur_bangleo)

Saat bumbu diulek, gesekan antarbahan dan tekanan lembut dari batu cobek membantu memecah serat alami yang menyimpan zat pembentuk umami. Umami adalah rasa gurih alami yang muncul dari senyawa glutamat yang dilepaskan oleh bahan, seperti bawang, tomat, dan terasi. Proses ini membuat rasa masakan menjadi lebih dalam dan kaya tanpa perlu tambahan penyedap.

Pada blender, putaran cepat memang menghancurkan bahan lebih halus, tetapi tidak memberi waktu bagi reaksi alami antarbahan untuk terbentuk. Akibatnya, rasa gurih alami tidak berkembang sempurna. Oleh karena itu, sambal ulek sering terasa lebih “nendang”, meski bahannya sama dengan sambal blender. Teknik sederhana ini menunjukkan bahwa rasa umami tidak hanya bergantung pada bahan, tapi juga pada cara mengolahnya.

5. Teknik ulek menjadi ciri khas warisan rasa Nusantara

ilustrasi mengulek bumbu (vecteezy.com/musabai hakiki)

Mengulek bumbu sudah menjadi bagian dari identitas kuliner Indonesia sejak lama. Dari Aceh hingga Papua, hampir semua daerah memiliki cara ulek dan campuran rempah yang berbeda. Cobek batu dianggap alat penting yang menjaga cita rasa asli setiap resep tradisional. Bahkan di era modern, banyak chef lokal tetap mempertahankan teknik ini demi mempertahankan keaslian rasa.

Blender memang mempermudah proses, tetapi hasilnya sering dianggap terlalu modern dan kurang karakter. Ulekan memberi hasil yang lebih autentik, terutama untuk masakan dengan cita rasa kuat, seperti sambal terasi, sate lilit, dan rica-rica. Lewat ulekan, seseorang tidak hanya menyiapkan makanan, tetapi juga meneruskan tradisi kuliner yang menjaga kekayaan rasa Indonesia.

Ada sensasi sendiri saat meracik bumbu dengan mengulegnya. Bukan berarti, membuat bumbu dengan blender itu buruk melainkan bumbu memang terasa jauh lebih sedap ketika diulek. Kalau kamu sendiri tim yang suka ulek bumbu atau pakai blender, nih?

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team