Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi ekado (pexels.com/ROMAN ODINTSOV)
ilustrasi ekado (pexels.com/ROMAN ODINTSOV)

Ketika kamu memesan aneka dimsum di restoran Cina, pernahkah kamu memperhatikan bahwa hampir semua ekado yang disajikan selalu diikat dengan daun kucai? Dan dari sekian banyak pilihan bahan, kenapa harus kucai yang dipilih?

Ternyata di balik penggunaan daun tersebut, ada alasan menarik yang melatarbelakangi pembuatan hidangan satu ini. Buat kamu yang penasaran dengan alasannya, kamu bisa menyimak semua penjelasan lengkapnya dalam artikel ini ya!

1. Sebagai bahan pengikat alami pada hidangan

ilustrasi ekado (pexels.com/Shameel mukkath)

Daun kucai sering dipilih dan digunakan sebagai bahan pengikat alami dalam pembuatan hidangan ekado karena sifatnya yang lentur namun tetap memiliki serat yang kuat. Ketika ekado dimasak baik dengan cara dikukus maupun digoreng, daun kucai tetap mampu mempertahankan bentuk ekado agar tidak mudah terbuka.

Kondisi tersebut dikarenakan sifat elastis yang dimiliki daun kucai bisa membuat kulit kembang tahu terikat rapat tanpa mudah sobek atau rusak. Menariknya lagi, dalam berbagai resep dumpling tradisional Tiongkok, daun kucai tidak hanya digunakan sebagai pengikat, tetapi juga sebagai isian.

2. Aman dan lebih ramah dikonsumsi

ilustrasi ekado (pixabay.com/jonathanvalencia5)

Tidak seperti penggunaan benang atau tusuk gigi yang harus dilepas sebelum ekado dimakan, ikatan yang terbuat dari daun kucai menawarkan kepraktisan karena bisa langsung ikut dikonsumsi bersama ekado itu sendiri.

Hal tersebut membuat pengalaman menyantap ekado menjadi lebih aman dan nyaman, terutama bagi anak-anak atau saat disajikan di acara-acara spesial. Selain itu, penggunaan pengikat alami ini juga mengurangi limbah sekali pakai, sehingga bersifat lebih ramah lingkungan.

3. Memberikan aroma segar dan harum yang khas

ilustrasi ekado (unsplash.com/LINLI XU)

Selain berfungsi sebagai pengikat, daun kucai juga menghadirkan nilai tambah pada hidangan dari segi aroma. Ketika ekado dikukus atau digoreng, daun kucai yang digunakan sebagai pengikat secara perlahan mengeluarkan harum segar yang khas.

Aroma yang khas dan lembut ini akan meresap ke dalam kulit ekkado dan isian sehingga menghasilkan sensasi rasa yang lebih kompleks saat hidangan nikmati. Selain itu, sentuhan segar dari daun kucai tidak hanya menggugah selera saat ekado dinikmati dalam kondisi panas, tetapi juga menyeimbangkan rasa gurih dari daging atau udang sebagai isian di dalamnya.

4. Mempercantik tampilan ekado saat dihidangkan

ilustrasi ekado (unsplash.com/ Irham Setyaki)

Dari segi estetika, daun kucai juga berperan besar dalam mempercantik tampilan ekado saat dihidangkan. Ikatan dari daun berwarna hijau yang membelit kulit wonton membuat hidangan menyerupai bentuk kantong hadiah kecil yang rapi dan elegan.

Bentuk unik yang dimiliki ekado bisa membedakannya dari jenis dimsum lain yang umumnya hanya dilipat biasa. Selain itu, kontras warna hijau daun kucai dengan kulit kembang tahu yang berwarna kuning keemasan akan menghasilkan harmoni visual yang memikat mata.

Dengan beberapa penjelasan di atas, semakin jelas bahwa daun kucai bukan sekadar hiasan pada hidangan ekado, melainkan elemen penting yang memberi fungsi, rasa, aroma hingga makna yang mendalam pada hidangan itu sendiri.

Referensi:

Pork and Chive Dumplings. The Woks Of Kalem. Diakses pada 3 Oktober 2025.

Steamed Garlic Chive Dumplings (Kanom Gui Chai). Hungry In Thailand. Diakses pada 3 Oktober 2025.

Jiu Cai Jiao (Chinese Chive Dumplings). Mission Food Adventure. Diakses pada 3 Oktober 2025.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team