ilustrasi gudeg (commons.wikimedia.org/Midori)
Terakhir, rasa manis pada makanan Jogja juga dipengaruhi oleh kebiasaan konsumsi masyarakat yang diwariskan dari generasi ke generasi. Sejak kecil, orang Jogja sudah terbiasa dengan makanan manis. Ini membuat mereka merasa lebih nyaman dan akrab dengan cita rasa tersebut. Kebiasaan ini kemudian diteruskan ke anak-anak mereka, sehingga menjadi tradisi yang sulit diubah.
Selain itu, makanan manis juga sering disajikan dalam acara-acara penting, seperti pernikahan, syukuran, sampai selamatan. Hal ini membuat rasa manis menjadi identitas yang melekat pada budaya masyarakat Jogja. Jadi, bukan hanya soal kebiasaan, tapi juga soal kebanggaan akan warisan kuliner yang telah ada sejak lama.
Menariknya, meskipun rasa manis ini sangat dominan, masyarakat Jogja juga tahu bagaimana mengombinasikan rasa manis dengan rasa lain seperti gurih atau pedas. Contohnya, sambal goreng krecek yang sering disajikan bersama gudeg. Kombinasi ini menunjukkan bahwa kuliner Jogja bukan hanya soal rasa, tapi juga soal keseimbangan dan kreativitas.
Rasa manis pada makanan Jogja bukan hanya soal selera, tapi juga cerminan sejarah, budaya, dan filosofi hidup masyarakatnya. Jadi, setiap kali mencicipi makanan manis di Jogja, kamu sebenarnya sedang menikmati perjalanan panjang sebuah budaya yang kaya akan cerita dan makna.
Kalau kamu berkunjung ke Jogja, jangan ragu untuk mencoba berbagai makanan khasnya. Selain memanjakan lidah, makanan-makanan ini juga akan membawamu lebih dekat dengan sejarah dan tradisi yang menjadikan Jogja istimewa.