Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi bawang putih
ilustrasi bawang putih (unsplash.com/ji jiali)

Intinya sih...

  • Bawang putih segar memiliki rasa kompleks dan berubah saat dimasak, cocok untuk tumisan cepat, hidangan panggang, dan masakan yang butuh aroma mendalam.

  • Bubuk bawang putih punya rasa stabil dan seragam, cocok untuk bumbu kering, marinasi, sup, saus, dan masakan yang butuh pemerataan rasa.

  • Bawang putih segar mengandung lebih banyak allicin dan nutrisi, sementara bubuk bawang putih lebih praktis disimpan dan digunakan dalam masakan lama.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Bawang putih menjadi salah satu bumbu dapur paling penting yang hampir selalu hadir di berbagai hidangan. Aromanya yang khas membuat makanan terasa lebih gurih dan menggugah selera. Namun, meskipun terlihat sederhana, pilihan bentuk bawang putih yang kamu pakai bisa sangat memengaruhi hasil akhir masakan, lho.

Dua bentuk bawang putih yang paling populer adalah bawang putih segar dan bawang putih bubuk. Keduanya sama-sama lezat dan punya fungsinya masing-masing, tetapi karakteristiknya berbeda, mulai dari rasa, cara kerja saat dimasak, tekstur, nutrisi, hingga masa simpannya.

Memahami perbedaan bawang putih bubuk dan bawang putih segar ini akan membantumu menentukan jenis bawang putih mana yang paling cocok untuk resep yang kamu buat. Coba kamu cek ulasannya berikut ini, ya!

1. Perbedaan rasa dan pengaruhnya saat dimasak

ilustrasi bawang putih (pixabay.com/stevepb)

Bawang putih segar terkenal akan rasa yang lebih kompleks dan hidup. Saat masih mentah, aromanya tajam, pedas, dan kuat, karena adanya senyawa allicin yang muncul ketika siung bawang dihancurkan atau dicincang. Begitu dimasak, rasanya berubah drastis, dari tajam menjadi gurih, manis, dan sedikit nutty. Transformasi ini membuat bawang putih segar cocok untuk tumisan cepat, hidangan panggang, hingga masakan yang butuh aroma mendalam.

Di sisi lain, bubuk bawang putih punya rasa yang lebih stabil dan seragam. Bubuk ini dibuat dari bawang putih segar yang dikeringkan, lalu digiling halus. Proses tersebut membuat beberapa senyawa rasa berkurang, tapi juga membuat aromanya lebih konsisten. Bubuk bawang putih gak mengalami perubahan rasa sebesar bawang segar saat dipanaskan, sehingga cocok untuk masakan yang dimasak lama, bumbu kering, sup, atau makanan yang butuh rasa bawang putih merata tanpa pahit.

2. Kegunaan dalam masakan

ilustrasi bubuk bawang putih (freepik.com/freepik)

Bawang putih segar unggul dalam hidangan di mana rasa bawangnya ingin ditonjolkan. Misalnya:

  • salad dressing,

  • aioli,

  • pesto,

  • cocolan,

  • tumisan cepat,

  • finishing dish.

Karena sifatnya yang aromatik, bawang segar benar-benar “hidup” ketika dipanaskan sebentar atau digunakan mentah. Sementara itu, bubuk bawang putih lebih unggul dalam hal kepraktisan dan penyimpanan. Bubuk ini sangat cocok untuk:

  • bumbu kering (dry rub),

  • marinasi,

  • sup dan stew,

  • saus,

  • campuran bumbu instan,

  • masakan yang butuh pemerataan rasa.

Bubuk bawang gak menambah kelembapan dalam masakan, jadi ideal untuk adonan, bumbu goreng, atau masakan kering.

3. Perbedaan nutrisi dan manfaat

ilustrasi bawang putih (unsplash.com/Gaelle Marcel)

Secara nutrisi, bawang putih segar menang dalam hal kandungan allicin, salah satu senyawa sulfur yang terkenal punya manfaat kesehatan, mulai dari antioksidan, antiradang, sampai membantu kesehatan jantung. Bawang putih segar bisa mengandung hingga 30 persen lebih banyak potensi allicin dibanding bubuk bawang putih. Namun, allicin hanya terbentuk saat bawang dihancurkan atau dicincang dan didiamkan sebentar sebelum dimasak.

Bubuk bawang putih tetap mengandung nutrisi, seperti mineral dan antioksidan. Namun, sebagian senyawa sensitif ikut berkurang selama proses pengeringan. Karena gak mengandung air, bubuk bawang lebih padat secara kalori per volume, tapi tetap bisa memberikan manfaat kesehatan meski gak sekuat bawang putih segar.

4. Ketahanan dan kepraktisan penyimpanan

ilustrasi bubuk bawang putih (freepik.com/azerbaijan_stockers)

Bawang putih segar perlu disimpan di tempat kering, sejuk, dan memiliki sirkulasi udara yang baik. Dengan penyimpanan yang benar, bawang putih segar bisa bertahan 3—6 bulan. Namun, seiring waktu bawang segar bisa mengering, menghitam, atau tumbuh tunas.

Bubuk bawang putih perlu disimpan dalam wadah kedap udara dan jauh dari kelembapan. Dengan begitu, bubuk bawang putih bisa tahan untuk waktu yang jauh lebih lama, yaitu 2—3 tahun. Karena kepraktisan dan daya tahannya, bubuk bawang putih sering jadi andalan untuk dapur minimalis, traveling, atau bumbu praktis tanpa repot kupas kulit dan cuci talenan.

5. Panduan substitusi

ilustrasi bawang putih (unsplash.com/Matthew Pilachowski)

Kalau kamu ingin mengganti bawang putih segar dengan bubuknya, ada konversi umum yang bisa diikuti:

  • 1 siung bawang putih = 1/8 sendok teh bubuk bawang putih

Karena ukuran siung bisa berbeda-beda dan bubuk memiliki aroma lebih pekat, kamu bisa sesuaikan dengan selera. Untuk resep yang dimakan mentah, seperti dressing atau sambal, bubuk bawang kurang cocok. Alasannya, rasa bubuk bawang putih bisa lebih pahit dan gak searomatik bawang segar.

Memilih antara bawang putih segar dan bubuk bawang putih sebenarnya tergantung kebutuhan masakanmu. Bawang putih segar menawarkan rasa yang lebih kompleks, aromatik, dan manfaat kesehatan lebih tinggi, sehingga cocok untuk masakan cepat, panggang, dan hidangan yang butuh aroma bawang yang mendalam.

Di sisi lain, bubuk bawang putih memberikan rasa yang stabil, lebih praktis, tahan lama, dan mudah merata—ideal untuk bumbu kering, masakan lama, dan penyimpanan jangka panjang. Dengan memahami perbedaan keduanya, kamu bisa lebih mudah menentukan jenis bawang putih yang paling tepat agar hasil masakanmu makin optimal.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team