ilustrasi kue kerajang (commons.wikimedia.org/ProjectManhattan)
Mari kita kulik lebih jauh, latar belakang sejarah kue keranjang dan kue bulan berbeda. Dilansir VOI, William C. Hu dalam bukunya Chinese New Year: Fact & Folklore menuliskan bahwa, kue gao atau puding dimakan pada hari ke-9 bulan ke-9 kalender China. Bersamaan dengan munculnya tradisi denggao, yang sudah ada sejak zaman Dinasti Han (206 SM—220 M). Saat itu, kue keranjang disebut chongyang.
Seiring berkembangnya zaman, berbagai jenis puding turut berkembang dalam perayaan tradisional Tionghoa. Pada abad ke-17, Lio Tong, sarjana China mencatat dalam tulisannya bahwa pada Hari Tahun Baru China, orang-orang memakan kue paling penting yang disebut nian gao. Istilah ini awalnya hanya digunakan pada masa Dinasti Song (960–1279), kemudian diadopsi oleh masyarakat umum.
Kue bulan memiliki sejarah yang berbeda, seperti dilansir Smithsonian Magazine, terdapat tiga kisah berbeda tentang asal-usul kue bulan. Pertama dan kedua, terjadi saat Dinasti Tang (618—907 M), kaisar menghadiahkan kue bulan kepada orang-orang pada hari ke-15 bulan ke-8 China. Sedangkan yang ketiga dikaitkan dengan pembebasan China dari bangsa Mongol pada abad ke-14.
Versi pertama, Kaisar Taizong (626—649) memberikan kue bulan kepada menteri istana untuk merayakan kemenangan dalam pertempuran melawan Turki. Versi kedua, Kaisar Xizong (873—888), menawarkan kue berbentuk bulat kepada kandidat yang berhasil dalam ujian dinas kekaisaran atas kerja keras mereka. Versi ketiga, kue bulan digunakan untuk menyembunyikan potongan kertas yang bertuliskan “Pemberontakan pada malam ke-15 bulan ke-8”,
Ketiga kisah asal mula kue bulan tersebut merujuk pada hari ke-15 bulan ke-8 dalam kalender lunar. Berkaitan erat dengan Festival Pertengahan Musim Gugur atau Festival Bulan. Kue bulan menjadi hidangan wajib yang disantap pada makan malam bersama keluarga saat perayaan festival tersebut.