Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi pho Vietnam (pexels.com/FOX ^.ᆽ.^= ∫)

Intinya sih...

  • Ramen berasal dari Jepang meski terinspirasi dari mi Tiongkok, sementara pho adalah makanan kebanggaan Vietnam dengan nilai historis tinggi.

  • Ramen menggunakan mi kuning kenyal dari tepung terigu dan kansui, sedangkan pho menggunakan mi pipih dari tepung beras yang lembut.

  • Kuah ramen kompleks dan bold dengan rasa umami yang nendang, sementara kuah pho lebih ringan, tetapi tetap kaya rasa dengan bumbu khas seperti kayu manis dan jahe bakar.

Sebagai pencinta kuliner Asia, kamu tentu pernah dengar dua makanan berkuah yang superpopuler ini: ramen dari Jepang dan pho dari Vietnam. Keduanya sama-sama menyajikan semangkuk mi hangat dengan kuah gurih dan topping yang menggoda. Namun, di balik semangkuk mi hangat itu, tersembunyi karakteristik dan cerita yang sangat berbeda.

Seklilas ramen dan pho mungkin terlihat mirip. Namun, kalau dicicipi, kamu akan langsung sadar bahwa keduanya memang berasal dari lingkungan yang berbeda. Dari asal-usul, bahan dasar, cara penyajian, sampai rasa yang dihasilkan, semuanya punya ciri khas masing-masing. Yuk, kita kupas tuntas perbedaan ramen Jepang dan pho Vietnam secara mendalam.

1. Asal-usul dan filosofi kuliner

ilustrasi ramen (freepik.com/jcomp)

Pertama-tama, kita mulai dari akar sejarahnya dulu. Ramen berasal dari Jepang, tapi sebenarnya terinspirasi dari mi Tiongkok. Dalam perkembangannya, ramen jadi ikon budaya Jepang yang punya banyak versi regional, seperti tonkotsu dari Fukuoka atau syoyu dari Tokyo. Ramen bukan sekadar makanan, melainkan bagian dari budaya pop Jepang dan telah menyebar ke seluruh penjuru dunia.

Di sisi lain, pho adalah makanan kebanggaan Vietnam. Makanan ini lahir pada awal abad ke-20 dan sudah menjadi comfort food masyarakat Vietnam. Pho punya nilai historis tinggi, terutama karena jadi simbol perlawanan saat masa perang dan kolonialisme. Pho juga lebih sering dikaitkan dengan makanan rumahan yang disajikan dengan penuh cinta.

2. Jenis dan tekstur mi

ilustrasi pho Vietnam (pixabay.com/DuckaHouse)

Bicara soal ramen, komponen utamanya adalah mi kuning yang kenyal dan elastis. Minya dibuat dari tepung terigu, air, garam, dan kansui (alkali), yang membuat teksturnya khas dan agak licin. Tiap jenis ramen bisa pakai mi yang beda-beda: lurus, keriting, tipis, sampai yang tebal.

Sementara, pho pakai mi dari tepung beras. Bentuknya pipih dan teksturnya lebih lembut. Pho biasanya gak kenyal seperti ramen, tapi justru punya kelembutan dan kehalusan yang menyatu sempurna dengan kuah beningnya.

3. Cita rasa kuah

ilustrasi ramen (pexels.com/Caio Pezzo)

Nah, ini dia bagian yang paling membuat lidah bergoyang! Kuah ramen punya rasa yang kompleks dan bold. Ia biasanya dimasak selama berjam-jam (bahkan sampai 12 jam lebih!) dengan kaldu tulang babi (tonkotsu), ayam, atau ikan. Rasa umaminya nendang banget, apalagi kalau ditambah miso, kecap asin (syoyu), atau garam (shio) sebagai base flavor.

Sebaliknya, kuah pho jauh lebih ringan, tapi tetap kaya rasa. Ia biasanya dibuat dari kaldu tulang sapi yang dimasak pelan selama beberapa jam, lalu diberi bumbu khas seperti kayu manis, bunga lawang, cengkeh, dan jahe bakar. Hasilnya? Ia menjadi kuah bening yang wangi dan lembut. Rasanya pas banget untuk disantap pagi hari atau saat cuaca dingin.

4. Topping dan pelengkap

ilustrasi pho Vietnam (pexels.com/FOX ^.ᆽ.^= ∫)

Soal topping, ramen dan pho juga punya gaya yang cukup berbeda, lho. Di Jepang, ramen biasanya disajikan dengan chashu (daging babi rebus), telur setengah matang, nori (rumput laut), jamur, jagung, sampai menma (rebung fermentasi). Setiap topping punya peran masing-masing untuk menciptakan keseimbangan rasa.

Sementara, pho lebih sederhana, tapi gak kalah menggoda. Ia umumnya disajikan dengan irisan tipis daging sapi (kadang masih setengah matang), taoge, daun ketumbar, bawang hijau, jeruk nipis, dan cabai. Ia biasanya juga disediakan saus hoisin dan sambal untuk menyesuaikan rasa sesuai selera.

5. Waktu dan cara penyajian

ilustrasi ramen (pixabay.com/Văn Đặng)

Di Jepang, ramen bisa dinikmati kapan aja, entah saat makan siang, makan malam, atau bahkan jadi comfort food saat bergadang. Di Jepang, makan ramen juga punya “ritual” tersendiri. Ia diseruput keras sebagai tanda nikmat dan menghormati sang koki!

Di Vietnam, Pho lebih sering jadi menu sarapan. Banyak warga lokal yang sarapan pho hangat di pinggir jalan sebelum beraktivitas. Meski begitu, pho juga bisa dinikmati kapan saja.

Kalau kamu suka rasa yang pekat, kuah gurih yang “nendang”, dan mi kenyal, ramen jelas lebih cocok untukmu. Namun, kalau kamu lebih suka rasa yang ringan, aromatik, dan menenangkan, pho akan mencuri hatimu. Apa pun pilihanmu, dua-duanya punya keunikan yang gak bisa digantikan secara mutlak. Yang pasti, keduanya wajib kamu coba minimal sekali seumur hidup!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team

EditorYudha ‎